Senin, 07 Desember 2009

Tahap-tahap Pembuatan Film


Aries Adenata, S.S
(Peserta aktif Eagle Award Couching Clinic Metro TV 2009)


Wow, filmnya keren. Bikin kita derderai air mata. Membuat jantung kita berdegum hebat, mengobarkan semangat kita dan lain-lain. Pasti kalian akan berkomentar ini dan itu jika G!zolista melihat film yang keren abis. Nah, sebenarnya untuk membuat film itu, apa sih tahapan yang mesti dilakukan? Biar filmnya mak nyuss, hehe… kayak makanan, ya! Maksudnya biar popular dan hebat.
G!zolista biar tahu, bahwa membikin film itu butuh waktu dan keseriusan. Loh, kok keseriusan? Ya iya lah, kalau ndak serius, mending bikin kue donat aja! Hehe... Ada beberapa tahapan dalam proses pembuatan film. Pertama adalah Pengembangan (development stage). Yang dimaksud dengan tahapan yakni dimulai dari ide, atau tema apa yang akan diangkat. Contohnya, tentang perjuangan seorang demonstran. Setelah itu dilanjutkan dengan pengembangan cerita, meliputi riset cerita dan lokasi. Nah, kalau tema besar sudah ketemu, kita tinggal melakukan riset, siapa tokoh demonstran yang dikenal, latar belakang kehidupannya, kenapa dia berdemo, apa yang diperjuangkan, itu semua butuh riset yang mendalam agar filmya berkualitas. Pada tahap pengembangan ini, yang terlibat aktif adalah produser, sutradara dan penulis sekenario. Setelah riset dilakukan, baru masuk kepada penulisan sekenario. Wah, berabe, ya! Eit, itu tadi baru tahap pengembangan. Tahap kedua adalah Pra Produksi Awal (Inital Pre-Production). Pada tahapan ini, yang harus dikerjakan adalah pembuatan jadwal dan prakiraan anggaran. Nah loch, bagi para movie makers, mereka kudu mengatur jadwal secara ketat, agar nanti ketika produksi berlangsung, para kruw maupun artis pendukungya tidak bertabarakan dengan jadwal lain, begitu! Selanjutnya adalah pencarian investor. Kalau kita punya ide bagus, tema yang menarik, tapi kalau tidak ada yang menyandangi dananya, wah, ntar filmnya jadinya tahun 2080 kali! Hehe... kata Kang Mamang(sutradara film ”Ketika Cinta Bertasbih”), pas ketemu dengan Kang Aden, sebenarnya banyak sumber naskah Islam atau novel Islam yang bagus untuk diangkat ke layar lebar. Akan tetapi, Kang Mamang menggaris bawahi, belum ada umat Islam yang mau atau enggan untuk berinvestasi dalam bidang perfilman. Selain dana, SDM yang betul-betul dari kalangan umat Islam juga belum banyak di kancah film. Langkah selanjutnya di tahap ini adalah penetapan kru kunci, riset lapangan, penetapan draft terakhir atau kerja sekenario, pembuatan anggaran produksi, kepastian investor dan pencarian atau pembuatan kontrak dengan semua kru dan pemain inti.
Wuih...ribet banget, ya? Ceile, udah dikatakan diatas, bahwa bikin film itu kudu serius dan butuh proses. Tidak seperti pesulam yang tinggal mengucapkan mantra Bim Salabim atau Abrakadaba, trus langsung jadi, deh! Hmm...ambil nafas dulu, trus melihat tahap selanjutnya.
Tahap ketiga ialah Pra Produksi (Pre-Production). Yaitu penjelasan kepada kepala departemen, pembuatan anggaran oleh masing-masing departemen, pengurusan ijin syuting, persiapan masing-masing departemen, pencarian dan penetapan seluruh pemain. Langkah terakhir pada tahap ini adalah pemesanan transportasi, akomodasi dan segala kebutuhan logistik produksi.
Nah, tahapan yang paling ditunggu selanjutnya adalah Pelaksanaan Produksi (Shooting). Loh, kok ditunggu? Ya iya lah, masak ya iya dong! Coba bayangkan (udah kebayang?) jika lokasi syuting di Mesir (ntar bisa ketemu ma spinx), Australia(bisa nangkap kangguru), or Afrika( Habis gelap terbitlah terang, maksudnya setelah lihat kulit suku asli, trus lihat awan hehe... bukan kulitnya kalian lho!), kan bisa sekalian jalan-jalan disana. Asyik kan? Tidak hanya para artis pendukungnya, para krunya juga bisa nebeng jalan-jalan. Tentunya ditahap ini harus sesuai jadwal dan lokasi yang sudah dibuat sebelumnya.
Tahap kelima adalah Pasca Produksi (Post Production). Tahapan ini adalah proses kerja yang bisa dicicil pada saat syuting berlangsung. Maksudnya? Gini loch! Contohnya adalah pengiriman materi ke laboratorium film (kalau pakai film), transfer film negative ke video (one-lite telecine), evaluasi hasil syuting harian dari hasil TC, mencicil penggabungan gambar dan suara, digitalisasi gambar yang sudah bersuara ke mesin edit. Sedangkan proses kerja yang dimulai setelah syuting selesai meliputi penyuntingan gambar; of-line edit, picture locked, on-line edit (negative cutting, optical effect, color correction. Selanjutnya adalah penyutingan suara, yakni pembersihan suara, pembuatan folley (suara-suara yang diperlukan untuk membangun atmosfir), dubbing jika diperlukan, pembuatan musik dan sound effect, mixing, penggabungan gambar dan suara serta pembuatan materi promosi (trailer).
Tahap terakhir yang mesti dilakukan dalam pembuatan film adalah promosi dan peredaran. Nah, ini adalah tahap yang menentukan film itu booming atau tidak, laku atau tidak, diketahui public atau tidak. Apa sih yang harus dilakukan di tahap promosi? Ingat, promosi bisa dilakukan sebelum sebuah film itu kerjakan sebagai bagian dari upaya pencarian investor. Sedangkan promosi setelah film selesai biasanya penyelenggaran event, roadshow atau pertunjukan perdana yang melibatkan para pemain inti. Promosi lewat media cetak, radio maupun televisi. Selanjutnya adalah? Yang pasti tayang di bioskop-bioskop, penjualan VCD dan DVD. Perlu duketahui untuk di Indonesia paling cepat 3 (tiga) bulan setelah tayang dari bioskop, dan yang terakhir adalah tayang di satasiun televisi.
Nah gitu G!zolista, pembuatan film itu butuh proses yang panjang dan keseriusan agar film itu menjadi bagus dan enak dilihat. So, bagi kalian semua yang ingin menjadi sineas muda di Indonesia, banyak-banyaklah belajar, sekarang banyak media atau komunitas yang dapat memberikan kita sejuta keilmuan dan informasi all about film alias bedah tuntas A to Z tentang film. Jadi, sayang jika kalian menyia-nyiakan kesempatan yang ada, dan mumpung kalian masih muda, jadi masih panjang untuk meniti karier di dunia perfilman. Selamat berjuang…(diambil dari berbagai sumber)


*Dimuat di Majalah Gizone edisi 4
**Kerja Keras adalah Energi Kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar