Senin, 07 Desember 2009

Gue Ngrokok, Gue Cowok?


Gue Ngrokok, Gue Cowok?
Aries Adenata, S.S


Sebuah Stempel
Gizolislta pasti pernah mendengar, atau bahkan sering mendengar ungkapan, “Luh tuh yee, nggak rokok nggak gaul!”, yang lebih ekktrim habis, “Luh tuh yee, nggak rokok, bukan cowok! Banci”. Duabrak….segitunya, ya! Padahal, di perempatan lampu merah, kadang kita juga melihat bencong alias banci juga rokok. Hayo? Berarti kalau ngrokok banci dong?! Nah, Gizolista bingung kan. Kelihatan, dahinya mengreyit, sambil garuk-garuk kepala!
Gizolista, itulah stempel yang sudah melekat di kalangan anak muda, khususnya para pacandu rokok, bahwa kalau nggak ngrokok, maka dia bakal di beri cap sebagai banci di dalam pergaulannya. Inilah yang membuat orang yang nggak rokok jadi keki untuk bergaul diantara mereka, jadinya mereka mending ngumpet di rumah, ampai-ampai ke kolong tempat tidur kali! Hehe…Stempel yang kadung menyebar luas inilah yang mungkin menjadi salah satu penyebab meledaknya penghisap rokok di kalangan anak muda di Indonesia. Entah siapa yang pertama kali membuat opini atau merekayasanya. Alih-alaih sang pengguna rokok kadang berbuat atau berkata menjengkelkan bagi orang-orang tidak merokok. Misalnya ketika ada yang negur agar tidak merokok di dalam bus atau tempat umum. “Maaf Mas, rokoknya dimatikan, dong!”, malah memberikan jawaban yang ketus, “Hidungnya tuh, ditaruh di rumah aja! Biar nggak ngrepotin! Nah loch! Gimana hayo kalau nemuin orang yang berkata demikian. Eits, kalau dibalik atau dibalas demikian gimana, ya? “Huuh, berani ngrokok, tapi nggak berani nelen asapnya!”. Tetetet….dan pemenangnya adalah…? Wah, wah, kayak adu jotos aja! Biar nggak berantem, sebenarnya faktor-faktor apa yang menyebabkan mereka itu merokok sih?
Faktor-faktor penyebab merokok dapat dibagi dalam beberapa golongan sekalipun sesungguhnya faktor-faktor itu saling berkaitan satu sama lain.
Faktor-faktor penyebab orang merokok
Satu, Faktor Genetik. Gizolista, ada sebuah studi menyebutkan bahwa faktor genetik sebagai penentu dalam timbulnya perilaku merokok. Studi menggunakan pasangan kembar membuktikan adanya pengaruh genetik, karena kembar identik, walaupun dibesarkan terpisah, akan memiliki pola kebiasaan merokok yang sama bila dibandingkan dengan kembar non-identik. Akan tetapi, secara umum, faktor turunan ini kurang berarti bila dibandingkan dengan faktor lingkungan dalam menentukan perilaku merokok yang akan timbul. Hmm, bukan berarti kalau bokap or nyokap kita ngrokok, trus kita punya dalih untuk merokok lho!
Kedua, Faktor Sosial. Faktor ini adalah faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi keputusan untuk memulai merokok. Orangtua, kakak, jenis sekolah, dan usia bukanlah faktor yang kuat, tetapi yang paling berpengaruh adalah jumlah teman-teman yang merokok. Diantara anak laki-laki yang menyatakan 'tidak ada' temannya yang merokok, ternyata tidak ditemukan anak yang merokok. Sedangkan, 62 persen perokok di kalangan anak-anak yang ditanya temannya merokok, mereka menjawab 'semua' temannya merokok. Waduh, berarti pesen para orang bijak benar, ya! “Siapa kawanmu, maka ia akan menujukan siapa dirimu”. Makanya, cari temen yang baik dan sholeh, biar kalian tertular oleh kebiasaan baiknya. Nah, jika kalian beteman dengan sembarangan, so, kalian bakal ketularan virus. Lho, kok kayak penyakit. Ya, penyakit masyrakat! Biar tidak meresahkan banyak orang, biar tidak membuat susah orang lain, biar tidak ngrepotin orang lain, biar tidak ngganggu ketertibaban umum…waduh! Banyak banget negaitfnya? Ya, iya lah, masak ya, iya dong!
Ketiga, Faktor kejiwaan (psikodinamik). Teori yang paling masuk akal adalah bahwa merokok itu adalah suatu kegiatan kompensasi dari kehilangan kenikmatan oral yang dini atau adanya suatu rasa rendah diri yang tak nyata. Freud, yang kebetulan juga pecandu rokok berat, menyebut bahwa pada sebagian anak-anak terdapat 'peningkatan pembangkit kenikmatan di daerah bibir' yang bila berkelanjutan dalam perkembangannya akan membuat seseorang mau merokok. Ahli lainnya berpendapat bahwa merokok adalah semacam pemuasan kebutuhan oral yang tidak dipenuhi semasa bayi. Teori ini ditunjang dengan pengamatan akan adanya hubungan antara perilaku merokok dengan kebiasaan menggigit kuku, mengunyah permen karet dan kebiasaan makan minum yang berlebihan. Kegiatan ini biasanya dilakukan sebagai pengganti merokok pada mereka yang sedang mencoba berhenti merokok.
Keempat, Faktor Sensorimotorik. Buat sebagian perokok, kegiatan merokok itu sendirilah yang membentuk kebiasaan tersebut. Sosok sebungkus rokok, membukanya, mengambil dan memegang sebatang rokok, menyalakannya, mengisap(menyedot/inhalasi), mengeluarkan sambil mengamati asap rokok, aroma, rasa dan juga bunyinya, semua berperan dalam terciptanya kebiasaan ini. Dalam suatu penelitian ternyata lebih dari 11 persen menganggap aspek-aspek ini penting buat mereka. Hal ini juga jelas terlihat dalam perilaku seorang pengisap pipa yang secara tekun melakukan 'upacara' mencabut, membersihkan, mengetuk-ngetuk, mengisi tembakau dan akhirnya menyulutnya dengan cara khas pula, walaupun pada akhirnya hanya ditutup dengan satu atau dua isapan saja. Ciele, berarti sebuah kebiasaan akan menjadi atau faktor pembentuk kecanduan, ya! Nah loh, makanya buat suatu kebiasan yang poisitf agar kalian menghasilkan Sesuatu yang positif. Misalnya, tiap hari nulis dalam buku diary, fitness tiap seminggu sekali, atau makan bakso sehari tiga kali, eh, kayak minu obat aja, ya! Sorry, diralat, makan bakso kalau di kantong pas ada duit! Hehe…
Sebuah Slogan&Zat Bahaya Dalam Rokok
Gizolista pernah melihat sebuah tulisan atau slogan yang sering dikampanyekan oleh temen-temen kita yang peduli kesehatan, nggak? Misalnya, “Matikan Rokok Anda Sebelum Rokok Mematikan Anda”, wuih, serem ya slogannya. Nah, jadi takut, kan! Meriding, kan! Slogan tersebut memang sengaja dibuat untuk menyadarkan manusia bahwa di dalam rokok itu mengandung banyak zat yang mematikan. Diantaranya; Nikotin, sebuah zat paling sering dibicarakan dan diteliti orang, meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya. Nah loh! Itu baru satu zat. Gimana zat yang lainnya? Kedua, Timah hitam (Pb). Untuk ukuran sebatang rokok sebanyak 0,5 ug. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis diisap dalam satu hari menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari. Bisa dibayakangkan bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2 bungkus rokok per hari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh. Kebayang nggak? Hehe…Ketiga, Gas karbonmonoksida (CO). Zat ini memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya hemoglobin ini berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernasapan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO lebih kuat daripada oksigen maka gas CO ini merebut tempatnya “di sisi” hemoglobin. Jadilah hemoglobin bergandengan dengan gas CO. Kadar gas CO dalam darah bukan perokok kurang dari 1 persen. Sementara dalam darah perokok mencapai 4-15 persen. Keempat, adalah Tar. Zat Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru. Pengedapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg. Nah tuh! Banyak banget kan zat berbahaya dalam rokok. Mau mati lebih cepat?
Gizolista, sekarang kamu sudah tahu tentang faktor yang menyebabkan orang merokok dan zat apa saja yang terdapat dalam rokok. Nah, sekarang giliran kamu untuk ikut beraksi dalam kampenya anti rokok. Ingetin saudara laki-laki kamu. Keren Tanpa Rokok! Sepakat? (diambil dari berbagai sumber)

*Dimuat dimajalah Gizone edisi 5
**Kerja Keras adalah Energi Kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar