Senin, 07 Desember 2009

Bagaimana Buku Jadi Best Seller


Bagaimana Buku Jadi Best Seller
Aries Adenata

    Gizolista ketika jalan-jalan di sebuah toko buku, pasti kalian akan melihat beberapa buku diberi label Best Seller. Nah, kenapa buku bisa jadi best seller, ya? Emm, trus Gizolista pasti bayangin gimana nasib penulisnya, ya? Jadi jutawan, bahkan mendadak jadi milyader. Lihat saja Habiburahman, seorang penulis novel yang bukunya menjadi best seller. Ia kini meraup rupiah dengan jumlah yang besar dari hasil buku tersebut. Pasti kalian pengin, kan? Yupz, apalagi jika buku itu adalah buku karangan kita. Girang campur gembira. Ada beberapa hal yang membuat buku itu bisa menjadi best seller. 

1. Endorsement
   Gizolista pasti para pencinta buku, kan? So, pasti kalian melihat secuil kata-kata yang biasanya nampang di depan atau belakang yang mengungkapan tentang buku tersebut. Nah, itu yang dinamakan dengan endorsement. Biasanya para penerbit akan mencatumkan kata-kata tersebut dari para tokoh yang sudah dikenal luas oleh publik. Para tokoh tersebut seakan memberi bujuk rayu dengan kata-kata yang menyilaukan agar membeli buku tersebut. Jadi, para pembaca secara tidak sadar akan mengakui pendapat yang dihembuskan oleh para penulis endorsement meskipun belum membaca buku tersebut secara utuh. Padahal, mereka baru membaca secuil kata dari endorsemen saja. 
Endorsement ini juga bak seorang sales ketchup `Tak ada ketchup nomer satu kecuali ketchup yang dijualnya`. Nah, sudah bisa membayangkan begitu dahsyatnya endorsment itu menjadi faktor daya laku dari sebuah buku. Misalnya, jika kita menulis, dan yang memberikan endorsement adalah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Barack Husain Obama. Orang pasti akan melirik endorsement tersebut, kemudian orang tersebut akan melangkah menuju kasir. 

2. Judul yang eye cathing
   Nah, jika seseorang melihat suatu buku, salah satu pertimbangan yang membuat mereka membeli buku itu atau tidak adalah sebuah judul, jika judul tersebut menarik, maka mereka akan membeli buku tersebut tanpa mempertimbankan isinya terlebih dahulu. Bagi sebagian orang, judul adalah pintu gerbang masuk kedalam isi buku tersebut.
Tetapi, sebenarnya judul bukan menjadi sebuah jaminan apakah buku tersebut bagus atau tidak. Namun, secara sekilas sebuah judul akan menyiratkan isi buku tersebut. So, jika Gizolista menulis sebuah buku, usahakan membuat judul yang eye cathing, oranga pasti akan melirik judul tersebut, `dan selanjutnya terserah Anda` (kayak iklan di TV, ya! Hehe...)

3. Peran Kritikus
    Salah satu peran penting dari lingkaran perbukuan adalah peran dari kritikus. Banyak buku yang meledak dan booming karena buku tersebut sering dikritisi oleh para kritikus. So, para pembaca akan menjadi penasaran dengan buku tersebut, kenapa buku itu dibicarakan banyak orang dan kritikus di berbagai media masa. 
Pembaca juga akan tergelitik, apa kelebihan buku tersebut. Jadi, peran kritikus sangat signifikan bagi para penulis, ia tak hanya menyoalkan keburukan dan kebaikan buku tersebut, disisi lain kritikus seakan menjadi manager promosi yang handal bagi sebuah buku yang sedang dilempar ke pasar. Sayang, di Indonesia kini profesi kritikus meredup. Mungkin karena tak ada ruang apresiasi dan ajang diskusi yang memadai tuk menampung segumam kata dari para kritikus. Semoga, kedepan akan tumbuh dan kembang para kritikus muda yang handal.

4. Promosi
   Produk yang baik membutuhkan sebuah promosi yang baik pula, agar produknya dikenal secara luas dengan baik, jika produk atau buku itu tidak dipromokan, niscaya, buku itu tidak akan dikenal secara luas. 
Promosi bisa dalam berbagai bentuk. Baik itu dalam bentuk acara/event. Misalnya, bedah buku, seminar, talk show dsb. Selain itu, promosi tidak harus dalam bentuk event, membicarakan buku dari mulut ke mulut itu juga sebuah bentuk promosi. Jadi, bagaimana pintar-pintarnya bagian manager promo membuat rekayasa agar buku dan produknya menjadi bahan perguncingan dari mulut ke mulut yang akan berdapak dikenalnya buku tersebut. Banyak kasus terkait suatu buku atau produk itu menjadi meledak lantara buku atau produk tersebut menjadi bahan pergunjingan di masyarakat.

5. Punya komunitas yang loyal
    Sebuah keuntungan tersendiri jika seorang penulis tergabung dalam sebuah komunitas. Jika ia menulis buku, dengan cepat buku yang ia tulis akan segera dikenal oleh komunitasnya, bisa jadi akan dibeli oleh orang-orang yang tergabung dalam komunitas tersebut.
Komunitas juga akan menjadi sebuah corong tuk promosi. Komunitas juga bakal menjadi sebuah pendukung dari setiap gagasan yang dihusung dari lembar kata yang ditulis dalam buku tersebut.

6. Kualitas tulisan
   Nah, Gizolista, dari sekian faktor pendukun diatas yang telah diurai, tentunya yang paling menentukan dari sekian faktor yang ada adalah kualitas tulisan itu sendiri. Jika tulisanya bagus, maka dengan sendirinya tulisan itu yang akan berbicara. Kualitas tulisan tersebut juga yang akan menjual diri sendiri. So, bagaimana ikhtiar penulis itu sendiri agar tulisannya berkualitas.

*Dimuat di Majalah Gizone edisi 9
**Kerja Keras adalah Energi Kita



Tidak ada komentar:

Posting Komentar