Senin, 07 Desember 2009

Cowok Metroseksual


Cowok Metroseksual
Aries Adenata, S.S
Sejarah Metroseksual
Pernah mendengar kata cowok Metroseksual? Wuih...apaan tuh! Banci, dandi, feminim, suka dandan, seneng gaya or maskulin. Wah, ndak usah membrondong dengan bejibun istilah yang ndak jelas gitu dong! Yuk, kita tengok sejarah istilah itu bisa nongol ke permukaan bumi ini. Istilah Metroseksual itu diperkenalkan oleh Mark Simpson, kolomnis fashion Inggris, dalam bukunya, Male Impersonators: Men Performing Masculinity, pada 1994 untuk menggambarkan kelompok anak muda berkocek tebal yang hidup di kota besar (metropolis) atau di sekitarnya, sangat menyayangi bahkan cenderung memuja diri sendiri (narcisstic), serta sangat tertarik pada fashion dan perawatan tubuhnya. Kulit mereka mulus, lembut, putih. Loh, kok mirip Sapi, ya! Hehe.... Wajahnya yang halus tampak dipoles bedak tipis, sementara kukunya dicat dan bibirnya dioles lip balm, bahkan kadang terlihat mengkilap karena dipulas lip gloss.
Meski sama-sama pesolek dan pemuja diri sendiri, Simpson berpendapat bahwa Metroseksual dan Dendi itu berbeda. Kalau Deendi adalah gaya kaum bangsawan abad ke-18. Selain itu, bagi dandi, gaya busananya cenderung konservatif dan mengikuti pakem. Sedangkan cowok Metroseksual justru berani berekplorasi dengan gaya busana. Wah, serem nggak, ya?
Sebab-Sebab Perubahan
Wah, kenapa laki-laki bisa kayak gitu, ya? G!zolista pasti juga punya pertanyaan yang sama, kan! Nah, kita bahas dengan beberapa teori, yuk!
Pertama adalah Faktor Lingkungan. Begini, Dalam teori nativisme, perkembangan perilaku semata-mata hanya tergantung pada faktor lingkungan dan tidak mengakui adanya pembawaan yang dibawa lahir. John locke, tokoh empirisme mengungkapkan teori yang disebutnya tabula rasa yaitu jiwa manusia yang baru lahir itu adalah seperti meja atau papan lilin yang belum tergores. Masih suci gitu loch! Nah, bayi itu kelak sepenuhnya tergantung pada pengalaman-pengalaman apa yang memenuhi jiwa anak tersebut. Aliran ini disebut juga aliran optimisme. Lingkungan sering disebut miliu, environment atau juga disebut nurture. Lingkungan dalam pengertian psikologi adalah segala apa yang berpengaruh dalam diri individu dalam berperilaku.
Lingkungan turut berpengaruh terhadap perkembangan pembawaan dan kehidupan manusia. Lingkungan dapat digolongkan menjadi: Satu, lingkungan manusia. Yang termasuk kedalam lingkungan ini adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat termasuk didalamnya kebudayaan, agama taraf kehidupan, dan sebagainya. Kedua, lingkungan benda. Yaitu benda yang terdapat disekitar manusia yang turut memberi warna pada jiwa manusia. Ketiga, lingkungan geografis. Latar geografis turut mempengaruhi corak kehidupan manusia. Masyarakat yang tinggal di daerah pantai mempunyai keahlian, kegemaran, dan kebudayaan yang berbeda dengan manusia yang tinggal di daerah yang gersang.
Kebanyakan cowok metroseksual adalah orang-orang yang dituntut oleh lingkungan untuk dapat selalu tampil prima dan penuh percaya diri. Maka, dari itulah mereka harus bisa mencerminkan karakteristik yang penuh dengan karisma karena mereka adalah para eksekutif muda yang harus memiliki hubungan interpersonal dan jaringan atau networking yang baik, atau mereka mungkin adalah para entertain yang harus memiliki penampilan yang "menjual".
Kedua adalah faktor Ekonomi. Kenapa? Karena Metroseksual sangat dekat dengan budaya konsumtif yang berlebihan. Disadari atau tidak cowok Metroseksual cenderung berlebihan atau boros dalam menggunakan uangnya. Berbagai perawatan ekstra yang seharusnya tidak perlu mereka dapatkan, dilakukannya pula. Mengingat bahwa para metrosexsual ini adalah orang mapan dan berpenghasilan menengah ke atas. Hal tersebut diperparah karena produk-produk yang dikonsumsinya rata-rata adalah produk impor atau luar negeri. Jika saja ia mau membeli produk dalam negeri, maka jumlah devisa yang bisa didapatkan oleh negara tentunya akan meningkat.
Jebakan Kapitalisme
Patut dicurigai, sebenarnya kapitalisme globalah yang menciptakan fenomena Metroseksual, bukannya Metroseksual itu yang muncul lebih dulu kemudian diikuti oleh produk-produk yang mendukungnya. Sebenarnya, sudah cukup lama para pedagang produk konsumtif
kapitalis dan agen periklanan mengincar pasar ( produk ) fashion untuk para pria heteroseksual (tanpa harus mendapat stigma sebagai "banci" atau gay) sehingga dimunculkan istilah Metroseksual agar tidak ada konotasi negatif untuk cowok yang suka dandan. Dengan munculnya istilah tersebut, kesan bahwa cowok yang suka dandan itu adalah gay, banci ataupun biseksual akan hilang. Kemudian, para cowok menjadi sasaran empuk para kapitalis, karena dunia cowok yang sebelumnya merupakan pasar yang paling susah dijangkau untuk produk fashion dan kosmetik. Nah loch! Kejebak, deh! (diambil dari berbagi sumber)

*Dimuat di Majalah Gizone edisi 4
**Kerja Keras adalah Energi Kita
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar