Senin, 21 Juli 2014

Aries Adenata Dirikan Rumah Baca untuk Pengembangan Literasi

Ada banyak cara untuk melakukan sesuatu yang berguna. Tak perlu jauh-jauh, dari dalam rumah tinggal ternyata lebih efektif dan bermanfaat tanpa harus mengesampingkan urusan pribadi dan keluarga. Namun, tetap dapat berbagi dengan sesama. Ini seperti dilakukan Aries Adenata yang mengaku berprofesi sebagai writerpreneurship ini memilih mendirikan Rumah Baca Pelangi di Sukoharjo. Ahmad Yasin Abdullah
Rumah baca yang didirikan merupakan satu dari puluhan Taman Baca Masyarakat yang ada di Kota Makmur. Yang menarik dari Rumah Baca Pelangi adalah konsepnya yang terintegrasi dengan pariwisata di sekitarnya.
Menurut dia, Taman Baca Masyarakat penting keberadaannya karena dapat menyentuh masyarakat secara langsung dengan kesadaran pribadi tanpa perlu merasa dipaksa atau takut dengan hal-hal yang membebani. Namun, sebagai ujung tombaknya, dia ingin fokus pada anak-anak terlebih dahulu. Meskipun juga diselenggarakan pembelajaran untuk orang tua.
“Rumah Baca Pelangi ini konsepnya sama seperti Rumah Dunia yang didirikan Mas Gong. Ke depannya saya berencana Rumah Pelangi punya gelanggang remaja, tempat pemutaran film dan pentas teater sendiri,” ungkapnya saat ditemui Joglosemar di Mojolaban, Sukoharjo, belum lama ini.
Lebih dalam, dia menuturkan Rumah Baca Pelangi yang didirikan 3 Agustus 2012 ini, buku-bukunya awalnya merupakan koleksi pribadi, kemudian ada berbagai donasi dari perorangan maupun penerbit yang berbaik hati, bahkan ada donasi dari luar negeri dengan semua buku berbahasa Inggris. “Awalnya pembelajaran hanya incidental saja. Tapi sekarang udah rutin ada kelas menulis, membaca dan menggambar. Bapak-bapak ada pelajaran mengaji bersama, juga ada pelatihan-pelatihan yang incidental juga,” papar penulis novel Candikala itu.
Dalam hal legalitas, Rumah Baca Pelangi sudah mengantongi SK dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Sukoharjo berada di bawah naungan Pendidikan Non Formal (PNF). Kendati demikian, dia menganggap keberadaan Taman Baca Masyarakat masih kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Padahal, dari taman baca seperti ini karakter masyarakat dapat dibangun secara langsung. “Anak-anak di sini karakternya sudah terbangun. Mereka meminjam dan mengembalikan serta mencatatnya sendiri. Jika buku berantakan mereka juga yang menatanya,” ujarnya.
Jika tidak ada aral melintang, Rumah Baca Pelangi ke depan akan menggarap fotografi dan videografi untuk remaja, terintegrasi dengan entrepreneurship. Meskipun demikian tetap saja yang menjadi inti dari Rumah Baca Pelangi adalah bidang literasi.
Sebagai usaha kemandirian Rumah Baca Pelangi di masa yang akan datang, dia berencana membedakan bidang garapan menjadi dua, yaitu laba dan nirlaba. Agar bisa menghasilkan sendiri Rumah Baca Pelangi akan menggarap wisata edukasi. Sebab di sekitarnya terdapat beberapa Home Industri yang berjalan. Sedangkan di Rumah Baca Pelangi sendiri ada usaha Muti Farm dan Industri Kreatif pembuatan kaus. Apalagi, meski baru 2 tahun berdiri Rumah Baca Pelangi sudah mampu menyabet juara 2 TBM Se-Kabupaten Sukoharjo.
“Di sini ada ternak kelinci, budidaya jahe, pembuatan kaus dan memiliki mesin jahit sendiri. Sedangkan di sekitar sini terdapat usaha pembuatan ampyang dan krupuk. Sehingga jika diintegrasikan dengan penataan taman baca yang baik, bisa menjadi daya tarik wisata edukasi yang menggiurkan,” tandasnya. (Sumber: Joglosemar/29-06-2014)