Senin, 07 Desember 2009

Garis Tipis Film Religi dan Mistis


Garis Tipis Film Religi dan Mistis
Aries Adenata



Momentum Ramadhan
Jelang ramadhan stasiun TV berlomba-lomba menayangkan acara yang berlabelkan religi. Sebuah momentum yang betul-betul dimaanfaatkan oleh para pengelola industri pertelevisian di Indonesia. Mulai dari reality show hingga sinetron juga diberilabel religi.
Sebuah fenomena yang mungkin baru muncul di sekitar tahun 2000an, ditambah lagi dari tahun ke tahun atau dari ramadhan ke ramadhan semakin bergeliatnya keislaman masyarakat Indonesia.
Bagi kalangan yang bergelut dalam dunia pertelevisian, maka momentum ramadhan tidak akan dilepas begitu aja, sebuah momentum bagi umat muslim tersebut dapat dimanfaakan sebesar-besar untuk berdakwah lewat media pertelevisian, tetapi tidak menutup kemungkinan juga bahwa momentum ramadhan juga dimanfaatkan untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.
Film Religi atau Mistis?
Seringkali kita disuguhi berbagai film atau sinetron di Indonesia yang mengkisahkan perjalanan hidup seseorang. Digambarkan jika orang baik meninggal dengan tubuh yang wangi atau sakit yang wajar. Bila orang yang semasa hidupnya jahat, digambarkan ketika menjelang kematiaannya ada kejadian yang mengerikan dalam mengiringi ajalnya, mulai dari perut yang membusung, dari tubuhnya keluar belatung, atau liang lahatnya keluar air terus menerus dan tidak mau berhenti, kuburannya menyepit dansebagianya, yang semuanya menggambarkan tentang keseraman. Nah, pertanyaannya adalah apakah orang yang banyak berbuat dosa kematiannya selalu diiringa dengan kejadia buruk? Atau sebaliknya, ketika yang mati adalah orang baik, maka dalam ajalnya selalu diringin dengan kejadia yang baik?
Wah, gizolista jadi takut nontonnya, ya? Apakah film atau sinetron religi itu adalah yang menyeramkan, yang membuat orang takut. Nah loch! Selain itu, ada adegan lain lagi yang membuat film itu menjadi bias, seorang ustad atau kyai sedang bertarung melawan setan (setan bisa dilihat manusia nggak, ya?)ditambah lagi melawannya dengan ilmu-ilmu supranatural, walah, itu seorang ustad atau malah paranormal, ya?
Penonton yang tidak jeli atau kurang memperhatikan, maka mereka akan berpikir bahwa konsep Islam yang ditawarkan yang betul adalah yang ditayangkan dalam sinetron tersebut, padahal sinetron tersebut bercampur antara mistis dan Islam.
Televisi yang Latah
Insan televisi di Indonesia memang latah dalam membuat acara, jka ada salah satu acara yang mendapatkan sambutan baik di masyarakat, maka aka ditiru oleh setasiun telvisi yang lain, sinetron religi pun tak luput dari bidikan mereka untuk ditiru habis-habisn, hasilnya, sinetron religi hampir seragam di semua stasiun telvisi. Acara yang seragam dan tidak variatif, bahkan sinetron yang bias akan membawa dampak negatif untuk masyarakat Indonesia, mereka tidak akan mendapatkan pencerahan dari yang ditontonya, padahal mereka berharap ketika menonton sinetron yang diberi label religi dapat membawa dampak kebaikan atau pemaham Islam yang lebih untuk mereka, alih-alih berdampak positif, justru akan menyesatkan dan membodohkan masyrakat terhadap ajaran Islam yang sebenarnya. Akan tetapi, apakah semuanya begitu? Sepesimiskah kita dengan tayangan sinetron yang bernafaskan religi di Indonesia?
Menebar Islam Lewat Film
Apakah kita masih punya harapan akan munculnya sinetron-sinetron yang lebih baik dan menebar keislaman yang benar. Kita masih percaya bahwa di luar sana masih banyak para pembuat sinetron yang melakukan proses produksi hulu ke hilir dengan semangat membuat tayangan yang lebih baik, idealis dan menyisipkan ajaran Islam yang lurus.
Munculnya Deddy Mizwar dan penulis skenario Wahyu H.S yang menawarkan konsep bercerita islami dengan pendekatan praktis dan humor. Kita dapat melihat bagaimana serial ‘Para Pencari Tuhan’ menjadi tayangan sinetron rating tertinggi di bulan ramadhan 2007. Kekuatan konsep cerita yang sederhana dengan memasukkan nilai-nilai fiqih Islam. Lalu, apa saja yang bisa Gizolista lakukan untuk mendukung mereka memperbaiki dunia tayangan televisi? Sederhana saja, menulislah. Jangan hanya mengkritik atau apatis.
Gizolista tidak harus menjadi seorang produser sinetron untuk mengubah tayangan drama sinetron yang membosankan. Buatlah sebuah cerita yang mencerahkan, lewat cerpen, novel atau berbagai tulisan. Suatu saat orang-orang televisi dan perfilman akan menoleh terhadap tulisan Gizolista. Saat ini masyarakat Indonesia lebih cerdas untuk memilih mana tayangan yang baik untuk mereka.
Sinetron Indonesia sekarang hanya menjual mimpi belaka, menampilkan rumah mewah, mobil mewah, kehidupan yang glamour, bahkan kehidupan pribadi artis yang amburadul juga diekspos habis-habisan untuk dijadikan sebuah tayangan. Masyarakat membutuhkan unsur pendidikan dalam tayangan televisi agar bisa mencerdaskan dan membuat bangsa ini lebih baik. Gizolista tidak ingin bangsa kita terperuk dan terjerembab dalam moral yang bobrokkan! So, mari gerakan pena kita untuk membuat cerita yang penuh dengan pesan keislaman yang benar. Met berjuang! (diambil dari berbagi sumber)

*Dimuat di Majalah Gizone edisi 7
**Kerja Keras adalah Energi Kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar