Senin, 07 Desember 2009

Slumdog Millionaire; Film Fiksi yang Jujur


Slumdog Millionaire; Film Fiksi yang Jujur
Aries Adenata, S.S
(Ketua FLP Solo Raya)


“Mereka muslim, mereka muslim, mereka muslim…!” kurang lebih kalimat itulah yang ada di adegan awal film Slumdog Millioanare yang menyabet berbagai kategori dalam festival penghargaan film yang bergengsi, yaitu Piala Oscar. Tidak biasanya, bahkan menjadi kemakluman bahwa yang akan mendapatkan Piala Oscar adalah film-film produksi dari barat. Tapi, kali ini ada sebuah film yang diproduksi oleh Negara India mampu mencuri perhatian para penikmat dan krititkus film.
Kejujuran
Kenapa tulisan ini diberi judul film fiksi yang jujur? Ya, karena ada tiga kejujuran yan ditampilkan dalam film ini. Dua kejujuran yang disuguhkan ke khalayak umum. Pertama adalah pembataian umat Islam di daerah minoritas muslim. Sebuah kejujuran yang tentunya sangat mahal. Kita sudah mahfum bahwa ketika sebuah tulisan atau film yang mengankat soal SARA (suku, agama, dan ras) adalah sebuah ketabuan untuk diceritakan, apalagi dipertontonkan. Dalam film Slumdog Millioanere, dalam adegan pembukaannya, ditampilkan bagaimana umat Islam di daerah minoritas Muslim dibantai dengan kejinya, tak memandang laki atau perempuan, dewasa atau anak. Mungkin, film ini layak untuk menjadi sebuah mainstream baru, bahwa film yang mengangkat persoalan SARA tidak lagi menjadi sebuah ketabuan, namun menjadi sebuah pembelajaran untuk toleransi antar umat beragama dengan menghormati keyakinan masing-masing agama.
Kejujuran yang kedua adalah kemiskinan. Dalam film ini diperlihatkan bagaimana kemiskinan itu masih mendera belahan bumi yang lain. Khususnya di India. Karena film tersebut berada di Negara India. Tokoh utama dalam film tersebut adalah Jamal seorang anak miskin, dari korban pembantain. Ia mengalami sebuah drama kehidupan yang luar biasa dalam kehidupannya.
Kejujuran yang ketiga adalah memperkerjakan anak dibawah umur. Dalam film ini diperlihatkan bagaimana anak dibawah umur dimanfaatkan untuk mencari uang oleh orang dewasa yang tak punya perikemanusian. Disana juga diperlihatkan bagaimana teknik atau trik agar para anak itu kelihatan memprihatikan, sehingga ketika ia mengemis dipinggir jalan, maka sang pengguna jalan akan muncul rasa iba yang kemudian akan memberikan uangnya. Cara yang diperlihatkan dalam film tersebut adalah dengan cara mencukil mata sang anak agar menjadi buta. Sebuah kejujuran yang akan mengoyak mata batin kita, bagaimana tidak, orang yang lengkap panca inderanya, demi uang, salah satu panca inderanya, yaitu matanya, dicukil atau dibutakan dengan sengaja demi meraup uang.
Alur
Film Slumdog Millionare ini dibuat secara flash back atau bisa juga disebut dengan mix, karena jika kita berpaling sedikit saja dari layar, maka kita akan kehilangan alur dan cerita, loncat sana-sini. Harus mengeryitkan dahi! Serius deh! Gizolista kudu manteng terus filmnya tanpa berkedip. Hehe…
Ceritanya gini Gizolista! Ada seorang anak laki-laki berumur kurang lebih 20 tahun. Dia sedang diinterogasi sama polisi-polisi, persis kayak film India lainnya, tukang nyiksa. Karena apa, ya? Karena dia dicurigai menipu ketika dia menjawab soal-soal dalam kuis Who Wants to be a Millionaire. Nama anak tersebut, Jamal. Ia adalah tokoh sentral dalam film tersebut. Jamal adalah keturunan muslim India minoritas. Ia dan keluarganya tinggal di daerah kumuh. Ternyata, di balik semua jawabannya, terkandung sebuah nilai histories. Contohnya neh! Ketika ditanya, Who was the star in the1973 hit the film zanjeer? Langsung pikirannya melayang pada masa dia kecil. Saat itu, Amitabh Bachan lagi ngetop. Ada cerita lucu, ketika Amitabh Bachan datang ke kampungnya, saat itu, Jamal lagi BAB di dalam sebuah bilik. Jamal yang saat itu mau buru-buru keluar, pintunya dikunci sama kakaknya, Salim. Jamal nggak kehilangan akal, dia keluar dari bilik dengan melompat ke sebuah lubang, yang ternyata di bawahnya adalah kubangan kotoran. Tanpa pikir panjang, dia langsung loncat ke sana, dan kemudian berlari ke arah kerumunan orang-orang yang sedang mengerumuni Amitabh Bachan. Wadu, waduh, baunya gimana, hayo? Karena dia bau, nggak yang berani menghentikannya. Dan akhirnya, dia pun mendapatkan tanda tangan tokoh pujaannya, Amitabh Bachan.
Dalam scene yang lain, semua warga Muslim di perkampungannya dibantai. Ia pun kehilangan ibundanya. Selanjutnya, Jamal hanya bersama, kakanya, Salim. Mereka menyelamatkan diri dari kondisi itu. Mereka berhasil keluar dari tragedi pembantaian tersebut, tanpa disadarai, mereka dibuntuti seorang anak perempuan. Jamal merasa iba pada anak perempuan itu, tapi Salim melarangnya untuk menolong dia. Jamal dan Salim berteduh dalam sebuah gubuk, sedangkan anak perempuan tersebut di luar dan kehujanan. Tetapi, Jamal tidak mengindahkan larangan kakaknya, kemudia dia memanggil anak perempuan itu untuk berteduh bersama. Anak perempuan tersebut adalah Latika.
Kemudian, mereka bertiga melewati berbagai rintangan dan cobaan. Mulai dari, jadi penjual makanan di kereta api, jadi tourguide di Taj Mahal, dan pada suatu ketika, mereka dipaksa oleh para penjahat untuk menjadi pengemis. Bahkan, Salim dijadikan koordinator anak-anak pengemis. Suatu hari, Salim melihat bahkan membawakan salah satu anak untuk dicukil matanya dan dijadikan pengemis. Kemudian sang penjahat memerintahkan Salim agar adiknya dibawa kepadanya, Salim curiga, kemudian mereka melarikan diri dari para penjahat tersebut. Kejadian inilah yang membuat Jamal terpisah dari Latika. Akhirnya, Jamal mengikuti kuis Who Wants to be a Millionaire agar Latika menonton acara tersebut dan mengetahui dimana Jamal berada. Tanpa diduga-duga, Jamal dapat menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan oleh pembawa acara, yaitu Anil Kapoor. Sampailah Jamal pada tahap 10 juta rupe. Kemudian, berbagai keajaiban terjadi ketika dia menginjak kepada pertanyaan yang bernilai 20 juta rupe. Sebuah tragedi dalam kehidupannya menjadi sumber semua jawaban dalam kuis tersebut. Betul-betul sebuah kajaiban…
Adegan Kekerasan
Film fiksi yang jujur ini memang layak untuk ditonton. Film yang akan membuka mata dan telinga kita, bahwa penindasan, kemiskinan, keserakahan, itu masih terus ada dalam dunia. Akan tetapi, film ini tidak layak dikonsumsi bagi anak-anak, karena film ini penuh dengan adegan kekerasan. Bagaimana digambarkan tentang pembantaian dengan begitu gamblang, pencukilan mata seorang anak yang jelas, dan melakukan pembunuhan dengan mudahnya. Dikhawatirkan akan menimbulkan rasa trauma bagi anak-anak yang menontonnya, atau bahkan akan meniru adegan kekerasan dalm film tersebut.
Semoga saja film ini akan menjadi pemantik akan lahirnya film-film fiksi yang jujur lainnya.

*Dimuat di Majalah Gizone edisi 5
**Kerja Keras adalah Energi Kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar