Senin, 07 Desember 2009

Malang, Eksotisme Alam Berbalut Klasik


Malang, Eksotisme Alam Berbalut Klasik
Aries Adenata, S.S


Membelah Malam
Malang! Ya, setiap kali aku mendengar kota Malang, seolah ada kekuatan di luar saya, yang menarik-narik saya untuk singgah dan hadir di kota yang terpancar eksotisme alamnya, bangunan-bangunan klasik, serta hawa dingin.
Ketika Mbak Afra menyampaikan kepada kami (crew Girlie Zone) ”Kita mau roadshow ke kota Malang!”, sontak aku langsung menyahut untuk menyanggupi ikut ke Malang. Selang beberapa waktu kemudian, kami satu crew bersiap-siap untuk meluncur ke Malang. ”Malang, I`m coming...” Sebenarnya aku sudah pernah singgah dan tinggal beberapa hari di kota Malang. Namun, aku tidak sempat untuk menghisap aura eksotisme alam dan ke klasikan bangunannya. Maklum, ketika aku berada di Malang, kesibukan pekerjaan membuat aku tidak bisa untuk sekadar berjalan-jalan menikmati suguhan alam yang dipamerkan kepadaku. Akan tetapi, kali ini aku dan crew Girlie Zone tak hanya datang untuk sebuah pekerjaan saja. Ya, kali ini aku dan teman-teman akan menikmati, menghisap, menjumput, mengambil sari-sari keindahannya yang kemudian akan kami genggam sepanjang kenangan.
Kami berangkat dari Solo dengan menggunakan mobil Avanza dengan warna hitam mutlak, kami berangkat selepas maghrib. Dengan satu crew yang sudah siap, kami sudah membayangkan akan keindahan kota Malang. Salah satu tujuan tempat itu adalah Selecta dan jalan Ijen yang dipenuhi oleh seribu bunga sepanjang jalannya. Gelap yang sudah menelungkupi bumi, membuat perjalanan kami terasa lebih menantang, perjalanan yang akan kami tempuh kurang lebih adalah delapan jam. Ya! Kami harus siap-siap untuk tidak memejamkan mata agar sang pengemudi ada teman untuk ngobrol. Jumlah rombongan kami adalah empat orang, yang terdiri dari Mbak Afifah Afra; selaku pimpinan redaksi, Doni Dwi Cahyadi; marketing, Pak Ahmad; konsultan kesehatan (beliau suaminya Mbak Afra lho! Eh, Mbak Yeni, ntar dimarahi sama Pak Ahmad, coz katanya, beliau akad nikanya menyebut Yeni Mulati, bukan Afifah Afra hehe....) dan saya sendiri. Dalam perjalanan kami banyak membincangkan terkait kota Malang dan tentunya agenda-agenda kerja yang harus kami selesaikan ketika berada di Malang.
Jalan yang semakin gelap terus saja kami sibak, Mbak Afra sempat berceloteh ”Wah, kalau perjalanan malam, seolah dunia itu kita lipat”. Yah, dengan perjalanan malam, kami tidak akan merasakan jarak yang akan kita tempuh, waktu yang akan kami lalui. Yang kami lihat hanya gelap, lampu mobil, bulan dan bintang. Benda-benda itulah yang setia mengiringi perjalanan kami.
Kami terus membelah gelapnya malam dengan penuh semangat. Bagi Doni, kali ini adalah perjalanan keduanya ke Malang. Bagiku, ke Malang adalah untuk kesekian kalinya. Namun, ada perbedaan antara aku dan Doni, ia begitu hapal jalan-jalan yang ada di kota Malang. Jadi, perasaan kami tenang karena ada guide yang akan menghantar kami untuk mencecap keindahan Malang.
Malam semakin terasa dingin. Tak hanya dingin yang menghampiri kami. Namun, rasa lapar juga singgah kepada kami. Kami terus melaju dengan kecepatan kurang lebih seratus kilometer per jam. Kami berusaha mencari tempat makan yang asyik untuk menikmati suasana malam. Namun, kami tidak bisa menemukannya, karena kami tidak punya referensi tempat yang laik untuk kami singgahi. Akan tetapi, Pak Ahmad mengusulkan untuk mencari di daerah Caruban. Konon, selepas Caruban, makanannya tidak cocok di lidah.
Ah...akhirnya kami mendapatkan juga tempat yang cocok untuk makan malam. Sudah bisa ditebak. Ya, karena kalau kami kesusahan untuk mencari tempat makan, pasti Mbak Afra lebih suka untuk makan di rumah makan Padang. Bagi kami, makanannya cocok dan berstandart nasional, bahkan hingga internasional. Setelah rasa lapar kami hilang, kami pun melanjutkan perjalanan. Tanpa kami sadari, kami sudah masuk ke kawasan Batu, Malang. Jalan yang gelap, ditambah dengan ratusan kelokan, membuat sang pengemudi harus ekstra hati-hati, bahkan saya dan Doni yang sempat tertidur, jadi terbangun ikut merasakan andrenalin yang berpacu melihat curamnya jurang disebelah jalan, dan terjalnya medan yang harus dilalui oleh rombongan.
Untuk mengendorkan urat saraf, kami berhenti sejenak untuk menikmati suasana malam di Batu, kami pun singgah di cafe...... Subhanallah, cafe yang kami singgahi ternyata diatas jurang, ditepi jalan. Sejenak kami menikmati minuman dan makanan panas yang kami pesan. Minuman tersebut membuat hangat badan kami yang sejak tadi merasakan hawa dingin yang menusuk tulang. Setelah melepas lelah dan penat, kami pun melanjutkan perjalanan.
Guest House, Penginapan Klasik.
Setelah tiba di Kota Malang, kami pun langsung meluncur ke alamat penginapan yang sudah dipesankan panitia untuk kami. Doni yang sekali saja datang ke Kota Malang, ia sudah hapal sampai dengan nama jalan, dengan pengetahuan tersebut, ia menjadi penujuk arah. Tetapi, Doni yang kami andalkan untuk menjadi guide kami, ternyata harus bertanya dulu kepada orang.
Setelah bertanya sekali kepada orang yang sedang membakar jagung di pinggir jalan, akhirnya Doni pun terasa mendapat nutrisi baru bagi otaknya untuk kembali menjadi guide yang handal. Akhirnya, kami pun sampai ditempat penginapan yang sudah dipesankan panitia. Mobil telah kami parkir, kemudian kami turun untuk masuk ke penginapan tersebut. Tetapi, pintu penginapan tertutup rapat. Penjaganya pun tak ada yang nongol. Kami mengetuk pintu peginapan keras-keras agar sang penjaga mendengar. Ternyata tak ada jawaban, setelah itu kami mengambil HP untuk menelpon nomer penginapan, tak ada jawaban juga. Kami tak menyerah kemudian, kami mengetuk kembali. Selang beberapa kemudian, penjaga keluar untuk membukakan pintu. Setelah itu kami langsung menanyakan kamar yang telah dipesankan oleh panitia, ternyata!? Kamar yang kami pesan masih disisi oleh orang lain. Kata penjaga, panitia yang pesan bukan untuk hari ini, tapi besok jam satu siang. Akhirnya, dengan tubuh yang lelah kami pun mencari penginapan yang lain. Setelah belok beberapa tikungan, akhirnya kami menemukan penginapan juga. Dari luar penginapan itu tampak kecil, setelah kami masuk. Subhanallah... penginapan tersebut begitu indah dengan gaya klasiknya, hati yang tadi kecewa dan tubuh yang lelah, akhirnya terbayar dengan suasana penginapan yang nyaman.
Setelah memesan kamar, kami pun langsung tidur dengan pulas. Ketika waktu shubuh tiba, aku dan Doni mencari tempat sholat, namun kami tidak menemukan tempat sholat, dini hari kami mengendap-ngedap mencarinya seakan pencuri yang sedang mencari barang curian. Karena kami tidak menemukan, akhirnya kami berinisiatif untuk menggelar sarung di depan kamar kami untuk sholat shubuh, maklum di dalam kamar, ruangnya tidak cukup untuk sholat berdua, karena terisi dua bath dan almari untuk televisi, plus kamar mandi.
Selecta, Sebuah Eksotisme Alam
Selepas acara inti kami selesai, kami pun meluncur ke tempat tujuan, yaitu Selecta. Dengan hati seribu warna, kami pun masuk ke Selecta. Karcis masuk setiap orang adalah Rp 10.000. Dengan takjub, kami terus memandangi eksotime alam Selecta yang terletak di Batu, Malang. Sungguh Allah SWT Mahaindah dan suka keindahan. Ketika pertama kali masuk, kita akan disuguhi dengan aquarium air tawar. Setelah itu, kita bebas memilih wahana yang ada, kalau kita hobby renang, disana juga disediakan dengan tiket masuk sebesar enam ribu rupiah. Atau jika kita tidak suka dengan olah raga renang, kita bisa menikmati taman yang terbentang nan luas, dengan seribu bunga, tentunya dengan seribu warna dan seribu keindahan. Atau kalau mau jalan-jalan dengan kuda, kita tinggal merogoh kocek sebesar enamribu rupiah.
Disana juga terdapat wahana untuk anak-anak yaitu Play Ground, dengan harga tiket sebesar limaribu rupiah. Juga terdapat wahana water park bagi yang ingin menikmatinya, kita bisa menyewa perahu kano dengan biaya limabelas ribu rupiah per lima belas menitnya.
Subhanallah kami cukup puas dengan menikmati pancaran pesona keindahan seribu bunga dan eksotisme alamnya, kami berkeliling untuk menikmati pemandangan sampai dengan ke ujung-ujung Selecta. Setelah puas, kami pun berangkat untuk pulang menuju ke Solo. Sebelum kami pulang, kami menyempatkan untuk mampir dulu ke pasar buah yang juga terletak satu komplek dengan Selecta. Setelah puas berbelanja, kami pun pulang.
Suatu saat, jika Allah SWT mengizinkan saya untuk kesini kembali, pasti saya akan mencecap dan menelan keindahannya tanpa sisa. Semoga...

*Dimuat di Majalah Gizone edisi 4
**Kerja Keras adalah Energi Kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar