Jika
subuh tiba, saya akan bergegas untuk mencari biji mlinjo yang jatuh, kemudian
saya kumpulkan dan saya jual untuk membeli jajanan. Tak hanya itu, dulu di
sebelah kampong saya memulai proyek pembangunan sebuah pabrik, ada penggalian
tanah yang cukup besar sekali, entah untuk apa, saya tak peduli. Saya dan
teman-temanpun memanfaatkan lubang itu sebagai kolam renang yang besar jika
hujan turun lebat.
Duh,
masa kecil yang begitu menyenanngkan. Tapi jaman sudah berubah, kini saya sudah
punya anak kecil. Semua permainan sudah tersedia di rumah, bahkan ada di
laptop/atau komputer kita. Tidak harus keluar rumah. Jika hujan tiba, kita pun
cenderung memprotek mereka untuk tidak hujan-hujanan.
Suatu
hari, saya bertemu dengan seorang dosen yang baru pulang dari Jepang. Beliau
menyampaikan, bahwa TK di Jepang murid-muridnya dilarang untuk memakai sandal
atau sepatu ketika masuk ke dalam sekolah, bahkan sudah harus dicopot ketika
masuk pagar di sekolah. Sedangkan kita, setiap aktitifats anak kita wajibkan
untuk memakai sandal. Di Jepang, sekolah mereka diberi pasir, lantai dari kayu,
juga disediakan air untuk berbasah ria. Mereka memang menciptakan tempat agar
saraf-saraf kaki dan tangan mereka bisa teranggsang kecerdasannya ketika menyentuh tanah, pasir
air, bahkan ketika hujan juga dibiarkan main di luar ruangan. Sunguh bebeda
dengan di Indonesia bukan?
Karena
terkenang masa lalu, juga pengetahuan baru, saya pun mulai sesekali mengajak
anak saya untuk berhujan-hujan ria, juga seswkali membiarkan anak saya untuk
tidak memakai sandal ketika bermain, meski harus repot mencuci kaki mereka
setelah usai dari bermain, tapi bagi saya yang lebih penting adalah
perkembangan kecerdasan anak. Yuuk, abi-/umi, mari sesekali anak kita diajak
berhujan-hujan ria! Seruuuuu lho….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar