Jumat, 17 Januari 2014

Catatan Abi Muda # 04: Maaafkan Abi ya Nak?



Jika anak kita berbuat salah, ketika itu pula kita meminta si kecil untuk meminta maaf. Agar ia tidak mengulang perbuatannya tadi. Nah, bagaimana kalau kita yang berbuat salah, apakah serta merta kita langsung mau minta maaf, ada ego yang beradu di dinding hati kita.
Ya, mengajarkan kata maaf adalah salah satu pendidikan berkarakter pada si kecil. Bagi sebagian orangtua, meminta maaf kepada si kecil seperti meruntuhkan benteng harga diri mereka. Malu bercampur gengsi.

Anak sejatinya meniru perilaku orang terdekatnya, yakni orang tua. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Jika sifat ketidakmauan untuk meminta maaf kita benih di rumah kita, maka ia akan bersemi dan tumbuh pada anak kita. Ia akan jadi anak egois, tidak mudah meminta maaf.

Mengajarkan permintaan maaf sejak dini ketika ada salah, bukan menunggu lebaran idu fitri datang seperti membuat tulisan di kertas yang putih, ia akan tercatat dalam bawah sadar si kecil, bahwa meminta maaf tidak harus menunggu momentum apalagai lebaran, tetapi ketika melakukan sebuah kesalahan.
Sebagai abi muda, saya berusaha meminta maaf kepada si kecil ketika melakukan kesalahan, semisal mengeluarkan nada bicara yang agak tinggi, menyenggol anak tidak sengaja, atau mengambil suatu mainan tanpa minta ijin dulu pada si kecil. Begitu pula sebaliknya, jika si kecil melakukan kesalahan kepada abi, umi atau adik bahkan teman-temanya, saya berusaha mengajarkan kepada si kecil untuk meminta maaf, meskipun kadang sulit, karena si kecil merasa benar, tapi perlahan-lahan saya terus mencoba. Kadang berhasil, lantas ie berjabat tangan dengan temannya, kadang gagal sejurus kemudian tangis meledak dari si kecil, butuh sebuah proses penanaman pendidikan berkarakter. Mari mengajarkan kata maaf mudah meluncur keluar dari mulut mungil si kecil. Semoga bangsa ini menjadi bangsa pemaaf kelak, dimulai dari si kecil kita….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar