Rabu, 21 Juli 2010

Lelaki Masuk ke Dapur


Lelaki masuk ke dapur? Apa yang ada di benak Gizoner? Wuah, dipertanyakan, tuh! Kan, urusan dapur adalah urusan kaum hawa. Hmmm…gitu, ya! Sudah menjadi kelaziman di masyarakat kita bahwa tugas dapur adalah tugas seorang istri atau wanita.
Nah, bagaima kalau ayah kamu atau kakak laki-laki kamu masuk ke dapur? Apakah Gizoner akan menghadang mereka. STOP! Ini adalah area bebas lelaki. Ccck…sebigutunya? Hehe… beri jalan, dong! Kan, si Komo mau lewat. Hehe… biar nggak macet.

Lelaki dan Perempuan Halal ke Dapur

Gizoner, masalah lelaki masuk ke dapur acap kali disalah pahami oleh masyarakat, khususnya kaum adam yang egois dengan perannya sebagai lelaki. Mereka menganggap bahwa tugasnya hanya mencari nafkah semata. Tak ada yang lain.

Nah, sebenarnya gimana, sih! Lelaki masuk ke dapur? Gizoner, bukan berarti kita mau membenturkan pemikiran feminisme yang banyak mengobral pembicaraan tentang kesetaraan gender. Namun, bagaimana kita mendudukan tugas dan peran lelaki maupun perempuan sesuai fitrahnya.

Tugas kaum lelaki adalah mencari nafkah dan mengayomi kaum perempuan. Namun, tidak menutup mata jika perempuan atau istrinya mengalami kerepotan, ia bisa membantu dengan kemampuan yang ia miliki.

Diriwayatkan dari Al-Aswad bin Yazid ia berkata: “Aku pernah bertanya kepada Aisyah Radhiyallahu ‘anha, “Apa yang biasa dilakukan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam rumah?” Aisyah Radhiyallahu ‘anha menjawab: “Beliau biasa membantu pekerjaan istrinya. Bila tiba waktu shalat, beliau pun keluar untuk mengerjakan shalat.” (Hadits riwayat Bukhari No. 676, 5363)

Nah loch! Nabi saja juga mau membantu pekerjaan istrinya, beliau tidak segan dan malu-malu, bahkan tidak gengsi untuk melakukannya! Apalagi kita yang mengaku umatnya, pasti mengikuti ajarannya dong! Jangan memilah yang sesuai keinginan hati dan kondisi kita saja. Atau, yang menguntungkan buat kita, itu baru yang kita ikuti saja. Hayo! Gizoner tidak begitu, kan? Iya, Gizoner percaya deh kalau kamu sekalian mau mengikuti ajaran nabi tanpa memilih dan syarat.

Dalam satu riwayat lain, “Beliau mengerjakan apa yang biasa dikerjakan salah seorang kalian di rumahnya. Beliau menambal sandalnya, menambal bajunya, dan menjahitnya.” (Hadits riwayat Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 540, dishahihkan oleh Al-Albani Rahimahullah dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 419 dan Al-Misykat no. 5822)
Nah, apalagi kalau lelaki bisa menambal sandal, menjahit baju. Istri dan anaknya jadi ikut senang, kan! Bayangkan, jika istri sedang sakit, sandal anaknya jebol, bajunya sendiri sobek. Lantas siapa yang akan mengerjakannya? Jika suami bisa mengerjakan, beban istri yang sakit jadi ringan dan bahagia. Efeknya, akan mempercepat kesembuhan istrinya karena kondisi psikologis yang tidak terbebani oleh pekerjaan rumah.
Saatnya Lelaki ke Dapur

Gizoner, sudah saatnya ego dibuang, perasaan malu dilempar jauh-jauh, saatnya lelaki masuk ke dapur untuk membantu kaum perempuan yang kerepotan untuk mengurus pekerjaan rumah tangga, tanpa harus meninggalkan kewajiban seorang lelaki yang harus mencari nafkah.

Perempuan tetap dengan tugas dan perannya ketika suami mencari nafkah, ia menyelesaikan pekerjan rumah dan mengasuh anaknya dengan hati. Tanpa merasa ada persaingan atau penindasan hak perempuan.

Sungguh, jika pekerjaan rumah tangga dikerjakan secara bersama atau bagi tugas antara lelaki dan perempuan, tanpa ada rasa tinggi dan rendah, niscaya akan hadir sejuta romantime dalam keluarga ketika mengerjakan oekerjaan rumah bersama. Mau kan?

Ya, lelaki harus peduli dengan kerepotan istri, sedangkan istri harus paham saat dimana suami tidak bisa membantu karena kesibukannya mencari nafkah.

1 komentar:

  1. ini yang ada di majalah Gizone itu yaks?
    oya mas, jangan lupa maen ke rumah saya juga: winwinworld.blogspot.com/winwinfaizah.multiply.com yuaa.. hehe..
    *promosi.com*
    suwunn

    BalasHapus