Kamis, 20 Agustus 2015

Semua Bisa Romantis



Sumber foto: http://tren-lifestyle.blogspot.com

Kata Romantis memang indah di dengar, apalagi dijalankan. Sungguh, dunia terasa begitu indah. Acapkali kita sering melihat film, atau membaca sebuah novel, juga cerita tentang romantisme. Bahwa romantis itu makan berdua di sebuah restoran mewah dengan temaram lampu lilin atau bahasa kerennya candlelight dinner. Bepergian ke luar negeri dengan kapal pesiar. Atau romantisme itu adalah sehidup semati layaknya Romeo dan Juliet. Dengan kisah kasih yang berakhir tragis, bunuh diri.
Jika romantis kita diidentikan candlelight diner, maka romatis itu adalah sesuatu yang mahal. Jika romantis itu adalah sehidup-semati, maka romantis itu adalah ketragisan. Itukah romantis? Haduch… cilaka bukan main jika romantis itu adalah makan di restoran mewah, atau bunuh diri. Tentu romantis bukan begitu kan?
Jika romantis adalah makan malam di tempat yang mewah, lantas bagaimana nasib seorang tukang becak, ojek, tukang batu. Bukankah mereka juga punya hak dan keinginan beromantis ria. Kalau romantis itu sehidup semati. Beneran mau melakukkannya? Hayaah…pasti seribu satu untuk melakukkannya.
Romantis, Kesibukan dan Keberanian
Beban dakwah dipundak para aktifis dakwah begitu luar biasa, begitu juga beban pekerjaan bagi pekerja professional. Tiap hari mereka harus berkutat seputar masalah dakwah dan pekerjaan. Sehingga seringkali mereka tidak sempat untuk beromantis ria bersama pasangannya. Meskipun hanya sekedar mengucap “I Love You”
Kadang, kita juga menemukan orang yang mengucapkan kata “Sayang” pada pasangannya saja butuh energi yang luar biasa, ada rasa yang beraduk-aduk dalam hatinya, antara enggan, gamang, malu. Juga terasa berat seolah memikul berjuta ton beban. Ketika nyaris keluar, tercekat ditenggorokan. Haduh…memang berat jika menemukan orang dengan tipikal kayak begini. Namun, bukan berarti tidak bisa romantis. Karena romantis punya ekspresi yang berbeda-beda. Bisa jadi, romantisme si dia adalah mengayuh sepeda disinari cahaya rembulan untuk sang istri tercinta menuju lokasi pengajian, meskipun harus meninggalkan pekerjaan.
Jika sang pasangan juga bisa memahami romantis dengan segala ekspresinya. Tentu sangat menggembirakan, tetapi kalau pasangannya dingin saja. Apalagi kalau pasangannya nggak berbalas. Malah berkata “Halah…sudah tua, nggak usah nggombal” dunia terasa jungkir balik.
Jika suasana romantis tumbuh di kehidupan rumah tangga kita, tentu akan membuat suasana kehidupan rumah tangga kita akan hangat. Sebisa mungkin kita harus bisa menghadirkan romantisme dalam keluarga kita, meskipun pekerjaan bejibun, dakwah yang menyedot energi kita, bukan berarti kegiatan tersebut menjadi kambing hitam.
Jika pekerjaan kita sukses, dakwah jalan kencang, namun kita tidak bisa menghadirkan suasana romantis di dalam rumah tangga sendiri. Ini patut dipertanyakaan.
Romantis itu Sederhana
Jika romantis seperti paparan di atas tadi, maka romantis adalah sesuatu yang mahal dan tragis. Mari kita sederhanakan bersama-sama, agar romantisme itu terbangun di dalam rumah tangga kita.
Setiap orang punya karakter dan gaya yang berbeda-beda, tidak bisa disamakan satu dengan yang lain. Gaya romantis bagi sebagian orang tentu akan berbeda dengan romantisme sebagian orang lainnya lagi. Untuk itu, lakukan romantisme sesuai dengan kondisi yang nyaman untuk kita lakukan.
Ada seseorang yang sepulang kerja selalu membeli satu plastik es teh untuk istrinya. Meskipun hanya es teh, namun itu memberi rasa bahagia karena sang pasangan memperhatikannya terus tiap hari. Romantis bukan? Hanya sekedar es teh, tidak mahal bukan? Ya, romantis bisa kita lakukan sesuai kreatifitas kita.
Tetapi alangkah lebih indahnya jika romantis itu juga bisa didengar dan juga terdapat dalam tindakan nyata. Bukannya sang istri akan merona merah, jantungnya berdegub jika dipanggil dengan sapaan “cantik”, “Sayang” juga sebaliknya “Hai ganteng”. Romantis itu butuh verbal.
Misal, “Hai cantik, ne tak bawakan es teh untukmu. Untuk membeli ini saya butuh perjuangan, menyebrangi sungai dan mendaki gunung” Verbal bukan? Plus ada bumbu gombalnya juga bukan? Hehe….

Rasulullah dan Romantisme
Siapa yang tidak pernah mendengar romantisme yang dilakukkan oleh Rasulullah. Beliau sudah melakukan romantisme sebelum karya Romeo dan Juliet atau Laila Majnun itu lahir di dunia ini.
Bagaimana tidak mesranya, baginda Rasulullah menggendong Aisyah ketika melihat orang-orang habsyi bermain-main di pekarangan masjid. Begitu pula ketika Rsulullah mengajak lomba lari dengan Aisyah dan mencuri kemenangan atasnya.
Rasulullah juga memanggil Aisyah dengan panggilan kesayangan “humaira” (yang pipinya kemerah-merahan). Sebuah panggilan yang benar-benar membuat pipi Aisyah bersemu merah jambu. Malu dan salah tingkah.
Tak hanya itu, Rasulullah juga pernah makan sepiring berdua, tidur satu selimut berdua, bahkan mandi berdua. Duh, romantis bukan?
Kreatif Beromantis
Jika selama ini kita dingin-dingin saja, atau malu-malu tapi mau. Kita bisa mencoba romantisme yang kreatif. Misalnya?
Nonton bareng
Dari Aisyah ra. Dia menceritakan: “Ketika itu hari Ied, orang-orang Sudan bermain dengan perisai dan pedangnya (aku lupa) apakah aku yang meminta ataukah Rasulullah yang menawarkan. `Apakah engkau berhasrat menontonnya?` Maka aku berkata `Ya` lalu beliau mendirikan aku dibelakangnya, dan menempelkan pipiku dan pipinya. Dan Rasul bersabda kepada mereka , `teruskan wahai Bani rafidah` hingga aku merasa bosan, beliau berkata, `Sudah cukup bagimu?` aku berkata, `ya`, lalu beliau bersabda, `Maka menyingkirlah`” (HR Bukhari (949( dan muslim)
Romantis bukan? Rasulullah dan istrinya ketika menikmati tontonan bersama. Nonton bareng tidak hanya diartikan pergi ke bioskop saja. Misalnya, bisa nonton VCD bersama berdua. Nonton pertunjukan teater dll
Merayu dengan Kata
Pernah mendengar bait puisi “Aku ingin mencintaumu dengan sederhana”. Ya, puisi adalah ekspresi yang datang dari kedalaman jiwa dan hati. Puisi ibarat busur yang mengirimkan panah-panah hati sang kekasih. Nah, cobalah membuat puisi sendiri. Lantas kirimkan kepada pasangan kita tercinta.
Bertukar kisah
Rasulullah dan para istri terkadang saling bergantian menuturkan kisah. Bahkan juga diikuti dengan saling mengomentari kisah tersebut. Bukankah kita juga senang mendengar kisah, juga senang ada yang mendengar kisah kita. Ya, dengan tukar kisah kehangatan komunikasi akan terjalin lebih intim.
Romantis dengan Buku
Luangkan waktu berdua secara rutin ke toko buku. Wisata buku. Bukankah sekarang banya toko buku yang ber AC dan nyaman? Bangun kedekatan buku, diskusi berdua tentang buku apa yang mau dibeli, juga isi buku tersebut. Dengan buku kita bisa romantis namun juga bisa mendapatkan ilmu.
Romantis Bukan Berarti MelalaikanNya
Bagaimana agar romantis itu tidak membuat kita lalai terhadap Allah SWT. Nah, ada beberapa kiat yang bisa kita lakukan.
Pertama. Romantis itu ada waktu dan tempatnya. Tidak bisa setiap saat. Juga ada batasan yang harus diindahkan. Saat adzan shalat berkumandang, saat panggilan jihad dan saat kita dibutuhkan untuk dakwah.
Kedua. Kita ubah paradigma, “romantis yang nyunah”. Dengan sesuatu yang romantis kita bisa mengingat Allah SWT. Berdzikir bersama istri. Ada contoh dalam hadist:
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: “Allah merahmati seorang laki-laki yang bangun malam hari lalu shalat, dan dia membangunkan istrinya lalu istrinya pun shalat. Jika istrinya enggan bangun, dia memercikan air ke wajah istrinya. Allah SWT merahmati seorang wanita yang bangun di malam hari lalu shalat, dan dia membangunkan suaminya pun shalat. Jika suaminya enggan, maka dia memercikan air ke wajah suaminya” (HR. Ibnu Khuzaimah).
Emmm…romantis yang nyunah bukan? Bangun malam, kemudian sholat malam berdua.
Ketiga. Kita harus proporsional atau Tawazun. Ada waktu untuk beribadah, juga ada hak istri dan anak yang harus kita penuhi. Hak untuk mendapatkan perlakuan romantis dari pasangan.
Keempat. Niatkan saja romantis kita dalam rangka mentaati perintah Allah SWT dan mengikuti sunah Rasulullah.
Selamat beromatis dengan pasangan Anda ya…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar