Minggu, 10 Januari 2010

KUKU SEPARATIS*





Pendar warna kami ketika disentuh cahaya matahari, bersih dilihat dari atas tapi sungguh kotor dan penuh bakteri di baliknya seminggu sekali si empunya memangkas kami tanpa kompromi, apakah kami sudi atau tidak. Di luar itu setiap harinya kami dimanja dipoles sampai mengkilat dari jari keliling yang ukurannya paling kecil, lalu jari tengah yang paling panjang, juga jari telunjuk yang sukanya memerintah-menunjuk ini dan itu- sampai ibu jari yang paling besar jumlah milisinya dan juga paling besar mendapat sorotan publik.
Ya itulah kami, kuku. Muncul menyeruak kapan dan di mana saja. Kami dirawat dan dipangkas seenaknya oleh empunya. Kami pun bisa hidup karena si empunya. Kadang ketika kami mekar, panjang, menyibakkan kekuatan kami, kami dibantai, dibunuh, dipenjara, bahkan ada yang diperkosa.
Kami pun dituduh macam-macam pemberontak, penghianat bangsa, separatis, pengacau keamanan. Baru mau panjang sedikit kami dipangkas oleh penguasa.
Ya kamilah kuku.
Dengan bangga penguasa menunjukkan gunting raksasanya kepada publik bahwa dia mampu memangkas kuku separatis. Dengan sekejap publik pun merespon dengan antusias bahwa sang penguasa mampu memangkas separatis. Ya itu semua demi politik, demi memperoleh dukungan suara karena sebulan lagi ada pemilu.
Sebulan lebih aku nampang di televisi. Malang melintang di publik, mendapat sorotan khalayak umum, dibicarakan masyarakat domestik dan internasional. Karena ternyata sang penguasa tidak mampu memangkas kami. Sepak terjang kami kini mulai di segani penduduk lokal maupun dunia internasional. Penguasa tak berani memangkasku karena aku mendapat dukungan masyarakat Internasional yang punya mau dibalik itu.
Bila penguasa mulai menyiagakan gunting-gunting militernya, dunia internasional - yang punya skenario global - berteriak tak karuan.. Ya itulah kami, kuku. Sebagai kuku jari manis, kami sering mendapatkan pasokan persenjataan dari negeri donatur. Ketika si empu mau memangkas kami orang-orang di sekitar bersuara, “Aduh sudah panjang mau dipangkas sayang dong!”
“Eh …. Kok mau dipotong nggak kelihatan manis lho...!” Ya itulah kami kuku jari manis yang mendapat sponsor ,cicin emas, berlian dan dukungan masyarakat internasional.
Lain halnya kuku jari kelingking yang baru mau ulah saja sudah dibabat, dipangkas karena dianggap mengganggu mata keamanan. Tak sedap dipandang birokrat. Kuku jari kelingking memang kecil sedikit jumlah milisinya sehingga dengan mudah si empunya, sang penguasa, memangkas kapan saja. Apakah Ketika baru menyeruak atau sudah panjang wilayah operasinya, tergantung selera penguasa.
Ya akulah kuku! Dirawat dan disenangi oleh si empunya karena bentuk yang menawan. Kami pun sering diwarnai aneka rupa ; merah-putih, merah-bulan, merah-biru dengan kutek biar kelihatan indah menyilaukan mata nafsu manusia.
Kamilah kuku. Kami, kuku jari tengah yang hebat dan disegani, termasuk yang di pusat karena paling panjang wilayah operasinya. Kamilah yang letaknya paling menjorok. Ya, karena berada di tengah secara otomatis kami dianggap kuku separatis menyeruak panjang. Sepak terjang kami pun paling mudah dilihat dari dunia luar. Daerah kuku jari tengah memang termasuk daerah operasi militer karena setiap seruaknya, mengoyak negara dengan mudahnya. Tetapi, ya itu tadi karena letaknya yang menjorok, kuku jari tengah kerap paling pertama dipangkas dengan gunting militer. Sungguh, betapa hebatnya kuku jari tengah menghimpun partikel-partikel kecil untuk memperpanjang kuku wilayahnya, tetapi kami dengan mudah di pangkas.
“Uh…!” sungguh hubungan kami dengan sang empunya penuh dengan dinamika kadang dia membiarkan kami menyedak, menyeruak tumbuh dengan bebasnya. Kadang kami pun duduk bersama minum kopi hangat bersembunyi di balik belahan bumi jauh dari keramaian politik tidak tercium media masa. Tak satupun manusia mengetahui ihwal pertemuan yang kami rahasiakan. Kami pun sering mendapat instruksi dari salah satu pejabat di pusat untuk membuat kekacauan di daerah yang kami kuasai, dengan leluasanya kami membakar gedung sekolah, membakar bus meledakkan pertokoan.
Ya itulah kami, kuku. Kami kuku jari telunjuk yang sering digunakan menunjuk ini dan itu, memerintah dengan sesuka hati oleh sang penguasa, punya keberuntungan tersendiri karena kami dekat dengan sang penguasa walaupun sembunyi-sembunyi. Karena ulah kami pula pemerintah pusat kelimpungan menghadapi teror dan aksi kami yang terus menerus. Gerakan yang seporadis di dukung penguasaan medan yaqng termasuk berat bagi pemerintah, membuat kami terus bertahan.
Pemerintah pun berang melihat ini semua. Mereka mengeluarkan gunting-gunting militernya besar-besaran. Untuk memangkas kuku jari telunjuk yang semakin menjulang, menyeringai panjang gunting-gunting itu berhasil memangkas kami
“Ah… tapi hanya ujungnya saja!”
Ini tak lain karena kami sudah mendapat bocoran informasi dari salah satu pejabat pusat akan adanya operasi gunting.
“Tapi bung ! Suatu hari kami dipangkas, dibantai diluluh lantakkan persembunyian kami. Anggota kami diburu dimana-mana kami sembunyi di ujung bumi yang sudah kami persiapkan jauh-jauh sebelumnya untuk mengantisipasi kejadian yang terburuk” lapor panglima yang berkuasa di pusat. Hening suasana angin berhenti bertiup pohon tak bergoyang air mengalir berbalik.
“Bangsat selama ini kita hanya dimanfaatkan….”. sungguh kami kecolongan ketika peta poitik berubah, penguasa berganti dan sang penguasa baru adalah dulu yang merongrong penguasa dengan gerakan separatisme kami. kini dia bangga menunjukkan kemampuannya bahwa dia mampu memangkas kuku separatisme yang sebenarnya dia juga berperan di dalamnya. Dia pun tenar disanjung masyarakat. Sebagai penghianat bangsa atau pahlawan bangsa?
“Kuku yang ini besar dan paaannjanggg… dirawat dengan baik dibersihkan tiap hari. Jariku sering mendapat bantuan untuk mempercepat pembangunan, jalan-jalan diaspal, pelabuhan dibangun, bandar udara berdiri, gedung-gedung tingkat menjulang tinggi. Kami pun sering dipamerkan di luar negeri bersama eloknya alam, suburnya tanah, dan kekayaan bumi”. sang empunya bangga dengan bentuk kami yang besar dan panjangnya. Katanya di daerah kami tidak ada separatisme, pemberontakan, pengacau, perlawanan…
Cring ... Cring ... Cring … sayup-sayup terdengar suara menembus gendang telinga kami. Cring … Cring ... Cring … suara itu makin mendekat, Cring … Cring … makin keras, mebahana di angkasa.
“Ya kami yakin suara itu …….. gunting !” Tapi mengapa gunting itu yang memegang , sang penguasa?(Aries Adenata)

Berkuasa atau oposisi…? Solo, 2005





*Di muat di Solopos, Februari 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar