Kamis, 22 November 2012

Jalan pintas itu bernama sosial media

“Langkah seribu selalu dimulai dengan langkah pertama”. kata bijak yang begitu sederhana, tapi sarat makna. Namun, menyentil kita, untuk tidak tergugu, diam dalam keterbatasan. Sebuah keniscayan, bahwa semua langkah pasti dimulai dari langkah pertama. Nah, bagaimana dengan langkah kita yang jauh tertingal dibelakang? Ada jeda waktu, meloncati masa, melewati generasi.


Bagi seorang pelaku pemula bisnis kreatif ini adalah sebuah tantangan besar dan berat jika harus “berkejaran” dengan pemain besar apalagi pemain lama. Mereka bisa berlari lewat udara maupun darat. Tenaga mereka tak terbatas. Tentu, merk/brand mereka sudah dikenal, punya jaringan, kekuatan iklan tanpa batas. Bayangkan! Jika merk lama sudah berkibar 10, 20, 30 tahun yang lalu. Tentu, Merk mereka sudah dikenal oleh banyak orang, melewati ruang dan waktu, menembus batas, desa, kota, provinsi, menyeberang pulau, bahkan samudera. Pasti, mereka sudah lebih dahulu menggempur konsumen lewat media iklan di TV, Koran dan Majalah yang tentunya tidak sedikit mengeruk pundi-pundi pembiayaan. Jika harus head to head dengan cara yang telah terlewati 10, 20, 30 tahun tentu membutuhkan ekstra tenaga yang begitu besar. Harus ada cara yang powerful untuk menyalip, bahkan menelikung jalanan. Yakni, dengan jalan pintas, melewati lorong waktu. Jalan pintas itu bernama sosial media. Ini adalah sebuah strategi untuk mengatur langkah, layaknya kita sedang bermain permainan ULAR TANGGA yang memberikan kita kesempatan untuk melangkah enam langkah kedepan. Tepat sekali, sosial media memberikan kita kesempatan untuk mengejar ketertinggalan itu, ia bisa melangkah enam langkah kedepan, bahkan tuk menambah langkah jika dadu yang kita lempar menujukan poin terbesar untuk menyelinap waktu yang seharusnya dikerjakan dua hari atau dua minggu atau dua bulan, atau dua tahun. Dengan sosial media, cukup dua menit untuk membuat jejaring dan mengenalkan produk. Ya, hanya dua menit menyebar luas, tanpa batas wilayah, negara, ras, suku agama. Bayangkan saja, setiap 20 menit satu juta link di share. 1, 3 juta foto di tag. 1, 5 juta invite. 1, 6 juta wall post dipasang. 1, 9 juta status update. 2 juta permintaan pertemanan disetujui. 10, 2 juta komen ditulis. 4, 6 juta pesan dikirimkan. Selain itu, 700 miliar menit Facebook dipakai orang. (SWA/hal 24/Edisi 8-12 Nov 2012).
Menurut data Statista.com, pengguna aktif (active users) Facebook per Juni 2012 adalah 955 juta --sedikit lagi akan sama dengan penduduk India (1 miliar jiwa).Total penduduk dunia sekitar tujuh miliar dan bukan tidak mungkin pengguna Facebook akan mencapai lebih dari 1,3 miliar untuk mengalah jumlah penduduk China, negara berpenduduk terbanyak di dunia. Sejak tahun 2011, pertumbuhan pengguna Facebook sekitar 45 juta per tahun. Jika trend ini berlanjut, Facebook akan menjadi "negara" berpenduduk terbanyak kedua di dunia pada 2014. (sumber: www.tribunnews.com). Langkah pintas bukan? Dengan sosial media kita memotong jalur pemasaran, waktu, energi dan biaya. Bak lorong waktu tentunya, jika pemain lama butuh waktu panjang untuk mengenalkan produknya. Dengan sosial media, kita telah melampaui bahkan bisa menyalip pemain lama untuk mengenalkan produk kita. Jika hari ini saja kita mengibarkan bendera baru untuk bisnis kreatif, maka dua detik dan tak sampai dua menit, jutaan orang akan tahu merek kita lewat sosial media. Apalagi jika menjadi perbincangan hangat di sosial media, bakal terjadi effet bola salju, menggelinding dan semakin besar. Lihat saja, keripik pedas Maicih, ia besar karena sosial media, dengan cara unik yang tak terpekirkan sebelumnya. Ia hanya jualan di tempat yang ia umumkan via tweet atau facebook, bahwa jam ini, hari ini Maicih bakal mangkal di daerah jalan Dago, yang membuat pembeli harus beli di lokasi di jalan Dago. Dengan strategi pemanfaatan sosial media, keripik pedas Maicih telah berhasil menyelinap, bahkan menyalip keberadaan keripik pedas yang selama ini sudah hadir jauh sebelum hadirnya Maicih. Sebuah kekuatan yang powerful bukan? Banner II :

1 komentar: