Kamis, 24 Desember 2009

Islam Sebuah Ancaman-`kah`







Negeri ini adalah negeri yang dihuni oleh mayoritas muslim. Tentunya, harapan akan kebesaran dan perlakuan baik (tanpa menafikan non muslim) terhadap kau muslim yang hidup di negeri ini adalah yang sangat wajar. Ya, wajar sekali jika itu yang dirindukan oleh kaum muslimin Indonesia di tanah airnya. Tapi, jika kita tengok ke dalam sejarah, ada sesuatu yang terjadi pada umat muslim di negeri katulistiwa ini. Apakah itu sebuah toleraransi umat Islam atau sebuah penghianatan bangsa ini terhadap umat Islam ataukah ada rekayasa busuk terhadap umat Islam di negeri ini.
Pengorbanan Umat Islam atau Islam dikorbankan?
Jika kita menilik sejarah, ada rekam jejak sejarah yang sangat menyakitkan bagi umat Islam yang tinggal di negeri mayoritas muslim ini. Bagaimana tidak, sejak berdirinya banyak kudeta sejarah yang dilakukan oleh bangsa ini terhadap umat Islam. Satu kasus saja, dalam buku pelajaran sejarah dikisahkan bahwa Pangeran Diponegoro melakukan perlawan terhadap terhadap Belanda karena tanah adat/leluhurnya mau dirampas oleh belanda. Benarkah? Tidak mungkin Pangeran Diponegoro senaif itu, saya meyakini ada motif yang lebih agung yang muncul dari beliau. Ya, sebuah motif jihad untuk mengusir penjajah dari negeri tercinta ini.
Ketika sedang dilakukan perumusan dasar negara, umat Islam ini mengalah atau di pecundangi? Wajarkan jika umat mayoritas menginginkan jika negaranya menjamin akan diberlakukan syariat sesuai agamanya, toh tidak akan merugikan bagi umat lain. Tapi, teks”...menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya” itu dihapus. Kenapa? Bisa jadi karena ada sebuah tirani minoritas di negeri ini. Jika kita mengambil sebuah analogi, apakah kita akan memberikan uang saku yang sama kepada anak SMA dengan anak SD, tentu berbeda, kan? Karena kebutuhan mereka tidak sama. Sama juga dengan kondisi masyarakat Indonesia, kaum mayoritas dan minoritas tentunya juga butuh sebuah perlakuan yang berbeda. Bukannya malahan minoritas yang selalu berdalih untuk melindungi kepentingan mereka jadi mengebiri kepentingan mayoritas, atau sebaliknya mayoritas mengambil hak minoritas.
Ingatkah bangsa ini akan teriakan takbir Bung Tomo yang menggetarkan Surabaya, yah, itulah andil umat Islam ini bagi bangsa Indonesia (dan banyak peran lainnya umat Islam di Indonesia untuk bangsa ini). Namun, pa yang diberikan oleh bangsa ini? Apakah Bung Tomo diberi gelar kepahlawanan? Gelar saja tidak diberikan kecuali pihak keluarga meminta untuk diberi sebuah gelar! Sungguh, bangsa ini seharusnya berkaca pada sejarah. Memberikan penghargaan saja sulit, harus ada upaya mengemis terlebih dahulu baru akan dihargai. Bagaimana bangsa ini mau besar jika tidak bisa menghargai para pahlawannya. Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengharagi para pahlawannnya.
Umat Muslim dikhianati
Jika ada sesorang yang memberikan sesuatu kepadamu, apa yang akan kau lakukan? Berterimakasih dan berlaku baik kepadanya kan!? Sungguh, bangsa ini sebenarnya tak tahu diri, bangsa yang tak mau berterimakasih. Bagaimana tidak, bangsa ini punya pesawat terbang pertamakali karena keikhlasan rakyat Aceh menyumbangkan dana untuk membeli pesawat demi bangsa ini, rakyat Aceh yang mayoritas muslim itu iklhas tanpa pamrih untuk bangsa ini. Namun, apa yang diberikan bangsa ini terhadap umat Islam di Aceh? Memberikan permintaan mereka untuk pemberlakuan syariat Islam? Tidak, justru mereka dihadiahi DOM (daerah operasi milter). Apa perasaan umat Islam melihat kondisi tersebut? Perasaan dikhianati kah?
Islam diburu
Umat ini tak berhenti untuk dikhianati, di rezim orde baru umat ini jadi bulan-bulanan untuk diburu, mulai dari peristiwa lampung, tanjung priok, isu komando jihad dan NII yang digunakan untuk melegitimasi terhadap penculikan aktifis Islam di negeri yang mengaku negara hukum ini. Kekuatan Islam atau parpol Islam dikerdilkan, agar ia tak mampu berbuat banyak. Tak berhenti di rezim orde baru saja, di rezim selanjutnya para kiyai jawa timur dibantai dengan isu dukun santet. Tapi, apa yang dilakukan oleh umat ini?
Nah, yang terdekat denga kita adalah isu terorisme. Islam dituduh atau direkayasa sebagai agama teroris. Lagi-lagi umat ini tak mampu berbuat banyak. Kenapa ini bisa terjadi?
Umat Islam Harus Berkaca Pada Kasus Bibit-Chandra
Yah, umat ini harus berkaca pada kasus tersebut! Kenapa? Semua mengambil peran, ada LSM yang bergerak, ada Publict Figure yang memainkan isu, ada media Facebook yang dioptimalkan, umat yang bereaksi, peran media yang memblow up isu tersebut. Media kali ini tak hanya mengambil satu sumber berita saja, namun mencari second opinion. Tapi, ketika kasus itu terorisme terjadi, umat ini hanya diam, bahkan media hanya mendapatkan satu akses sumber berita saja, yakni dari kepolosian, mereka tidak mencari second opinion.
Umat ini harus sadar betapa pentingnya sebuah media untuk menyuarakan aspirasi dan membentuk opini. Ketika ada gerakan satu juta facebooker dukung Candra, media cetak atau elektronik rame-rame memberitakannya, ketika ada gerakan facebooker dukung Luna Maya, media memberitakannya. Namun, jika ada gerakan satu juta facebooker tolak pornografi, media diam seribu bahasa. Seolah tak ada gejola yang terjadi. Nah, betapa pentingnya media memainkan peran untuk sebuah isu. Coba saja, jika ada yang mengangkat isu terorisme lagi, dan ada yang membuat GERAKAN SATU JUTA FACEBOOKER TOLAK REKAYASA/PELABELAN ISLAM AGAMA TERORIS. Apa yang bakal terjadi bung?(aries adenata)


Kerja Keras adalah Energi Kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar