Senin, 07 Desember 2009
Histeria Drama Korea
Histeria Drama Korea
Aries Adenata
Genggap gembita masyarakat Indonesia menonton film Korea makin dirasakan. Hampir setiap stasiun televise swasta di negeri ini berlomba-lomba menayangkan drama Korea untuk disuguhkan kehadapan pemirsa. Bagi penghuni bangsa yang haus akan hiburan ini serasa mendapat guyuran hujan dari langit. Siap menengadahkan kedua tanggannya untuk menerima serta menikmati film-film tersebut tanpa mempertimbangkan pesan dan nilai yang ingin disampaikan oleh film tersebut.
+
Ada yang Berbeda
Ketika menonton drama korea, Gizolista pasti mendapatkan sesuatu yang berbeda. Bendungan yang ada dikelopak mata kita jebol, air yang terasa hangat itu deras membanjiri pipi kita. Itulah kelebihan drama-drama korea, mampu mengaduk-ngaduk emosi penontonnya. Bahkan, terkuras air matanya ketika menyaksikannya.
Gizolista, sampai-sampai mantan Menteri Kebudayaan Korea, mengatakan bukan orang Korea kalau tidak bisa menangis. Jika sedih orang Korea menangis, jika bahagia juga menangis. Meskipun suku Indian Sioux di Amerika terkenal sebagai suku yang paling mudah menangis, tak ada yang menandingi orang Korea dalam hal menangis akibat lamanya mereka hidup dalam penderitaan karena keterbatasan sumber daya alam, iklim yang keras, perang dan kediktatoran. Tak heran jika aktor dan artis Korea bisa berakting menangis dengan sangat piawai dan membuat perasaan penonton ikut sentimentil.
Peran dan Dukungan Pemerintah
Kenapa, sih! Film-film Korea bisa berkembang pesat. Itu semua tak terlepas dari peran dan dukungan pemerintah Korea terhadap industri perfileman di negaranya. Pemerintah Korea membentuk sebuah komisi film, yaituKOFIC. KOFIC ini diberi tugas untuk mempromokan dan meningkatkan kualitas film-film korea. Dalam menjalankan tugasnya, KOFIC dibagi menjadi beberapa departemen dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya.
Pertama, Departemen Promosi menyediakan dana dan berbagai bantuan untuk film lokal. Kedua, Departemen Promosi Internasional bertugas mempromosikan film Korea di luar negeri. Ketiga, Departemen Pendidikan mengelola Akademi Film Korea dan Akademi Film Animasi Korea serta mendukung 40 institut perfilman di Korea. Keempat, Departemen R&D yang membuat penelitian, statistik film, dan publikasi. KOFIC juga mengelola studio out-door dan in-door di Seoul Complex Studio untuk mendongkrak mutu visual sinema Korea.
Kegiatan-kegiatan KOFIC diantaranya adalah membuat lomba penulisan skenario film dua kali setahun. Membuta lomba skenario film animasi sekali setahun. Pemenangnya mendapat hadiah uang yang lumayan besar. Selain itu, KOFIC juga menyeleksi dan mendanai film pendek, film dokumentasi, film independen dan film animasi.
Tak tanggung-tanggung, untuk mempromosikan film Korea di luar negeri, KOFIC membuat terjemahan film Korea dalam berbagai bahasa seperti Perancis, Jerman, Itali, Jepang, Cina, Rusia, dan Spanyol. KOFIC juga berperan mendukung ikut sertanya sinema Korea di festival-festival film internasional bergengsi, disamping Korea sendiri sering menjadi tuan rumah seperti di Busan Internasional Film Festival.
Wah, pemerinta Korea keren, ya! Begitu besar dan perannya utnuk mendukung perkembangan industri perfileman di negerinya. Kita pun berharap, semga pemeriath Inodesia belajar dan meniru keberhasilan bangsa Korea dalam mengembangkan industri perilmannya.
Jika pemerintah dan kita menyadari, bahwa film sebenarnya tak hanya sebuah hiburan, tontonan atau pun sebuah komoditas untuk menghasilkan rupiah, namun, film juga bisa berfungsi sebagai media untuk mempromosikan budaya dan karakter bangsa ini untuk di ketahui oleh dunia luar. Dengan sendirinya, film akan mampu menjadi juru bicara bagi bangsa ini. Tetapi, tentunya film yang memperhatikan norma agama, adat dan budaya ketimuran yang penuh kesantunan dan tata krama. Semoga...(diambil dari berbagi sumber)
*Dimuat di Majalah Gizone edisi 9
*Kerja Keras adalah Energi Kita
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar