Kamis, 15 Oktober 2015

Memberi ruang pada hati





Kita mungkin bisa merasakan (bagi yang bisa merasakan) ketika seseorang tersenyum dengan tulus, senyum yang datang dari hati, bukan senyum kepura-puraan, ada semacam cahaya (meminjam istilahnya Indrawan YP) atau energi (baca: istilah saya) yang bisa kita tangkap dengan hati.
 
Juga ketika seseorang berbuat dengan tulus dari hati mereka, ketika mereka berbuat kebaikan kita bisa merasakan itu. Ya, meski secara kasat mata kita tidak menangkapnya, namun ada getaran yang terpancar dan tertangkap oleh kita. Mungkin karena indra kita terbatas. Kadang kita juga tertipu oleh kemampuan indra kita sendiri. Maka, hati kitalah yang bisa merasakannya.

Bahkan, hati kita juga bisa merasakan tulisan yang datang dari hati, tulisan itu bisa kita rasakan berkekuatan, punya ruh, dan daya hentak.

Perbuaatan dan perkataan yang datang dari hati pasti akan memantulkan energi yang luar biasa. Ditengah riuh rendah kehidupan, gempuran-gempuran akan kebutuhan hidup yang tersesupi bodily hedonism (meminjam istilah dari mudji utrisno), kadang atau bahkan kita tidak memberi ruang pada hati kita. 

Inilah kegundahan yang sekarang saya rasakan, gundah untuk belajar untuk berkata, mendengar, serta berbuat dari hati. Juga gundah untuk menemukan orang-orang yang barkata dan berbuat dari hati. Ketika hati ketemu hati, kita merasakan kesejukan.

Berat memang, kita harus meluruhkan ego kita, acapkali kita ingin menampakan eksistensi diri kita, tetapi yang muncul kadang keinginan untuk besar dihadapan orang dengan mengecilkan orang lain, tampak ingin ada dengan mentiadakan orang lain.

Butuh kerja keras untuk memberi ruang pada hati kita, karena hidup kita sekarang dibajak oleh gawai (gadget), nyaris kehidupan sosial kita dirampas, tak ada upaya perlawanan dari kita, ditambah lagi pemikiran kita yang terus menerus dikontruksi oleh televise (kapitalis dan penuh kepentingan) yang bertemu dengan desakan nafsu ekonomi kita, itulah harapan mereka.
Ah…semoga kegundahan ini berkelindan dan bertemu dengan kegundahan yang sama dan menjelma menjadi ajakan untuk berkata dan berbuat dari hati secara berjamaah

Di pojok ruang/12: 54/16 –Okt-15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar