Saya
sering menghadapi si kecil menangis hebat sepulang dari bermain bersama temannya,
kadang juga pulang dengan keadaan ekspresi kesal dan marah. Tangis atau marah
si kecil ternyata karena berantem dengan teman sepermainnya. Tentu abi/umi juga
pernah mengalami hal yang sama bukan?
Ada
sebagian orang justru larut dalam kondisi tersebut, tak jarang orang tua ikut nglabrak teman sepermainannya karena
telah mengganggu anaknya (entah yang salah sebenarnya siapa), bahkan jadi ikut
memulai pertengekaran baru dengan orang tua anak teman permainnya
Butuh
sebuah kearifan bagi kita sebagai orang tua untuk menghadapi situasi si kecil
ketika sedang bemian. Karena kondisi mereka sangat labil, kadang ada tawa
meledak, tangis yang mengharu, kejar-kejaran, berantem dalam permainan si
kecil. Seharusnya yang dilakukan orang tua bukan ikut berantem, tetapi membiarkan
alami apa yang mereka alami sendiri, biarkan mereka menemukan jalan untuk menyelesaikan
sendiri. Toh, lima menit berantem, pasti lima menit berikutnya mereka sudah
tertawa bersama.
Selain
membiarkan secara alami, ada hal yang perlu kita lakukan, yakni menyiapkan si
kecil dengan bekal wejangan dan contoh untuk berperilaku baik dan suka memberi maaf
agar tidak terjadi insiden, meskipun bukan jaminan, namun akan meminimalisir.
Selain itu, perlunya membangun komunikasi yang baik dengan orang tua sepermainan
mereka untuk memahami bahwa sewaktu-waktu bakal terjadi peperangan diantara si
kecil, jadi ketika itu terjadi orang tua kedua belah pihak sudah menyadarinya,
sehingga tidak larut untuk ikut berantem, tetapi justru memberi jalan untuk si
kecil saling mencipta islah.
Ketika
lingkungan itu terbentuk, perkelahian itu tidak akan lagi menjadi sebuah masalah.
Justru ia akan menjadi perekat hubungan si kecil dan orang tua kedua belah
pihak. Indah bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar