Alhamdulillah, disela-sela membersamai Rumah
Pelangi, masih bisa menyempatkan untuk terus berkarya. Buku Motifasi ini semoga
bisa menghentak dinding pertahanan orang-orang yang selama ini berada di zona
nyaman agar keluar dan bisa Move Up
untuk beranjak naik kelas, karena SUKSES itu butuh NYALI!
Kamis, 18 September 2014
Senin, 21 Juli 2014
Aries Adenata Dirikan Rumah Baca untuk Pengembangan Literasi
Ada banyak cara untuk melakukan
sesuatu yang berguna. Tak perlu jauh-jauh, dari dalam rumah tinggal
ternyata lebih efektif dan bermanfaat tanpa harus mengesampingkan urusan
pribadi dan keluarga. Namun, tetap dapat berbagi dengan sesama. Ini
seperti dilakukan Aries Adenata yang mengaku berprofesi sebagai
writerpreneurship ini memilih mendirikan Rumah Baca Pelangi di
Sukoharjo. Ahmad Yasin Abdullah
Rumah baca yang didirikan merupakan satu dari puluhan Taman Baca Masyarakat yang ada di Kota Makmur. Yang menarik dari Rumah Baca Pelangi adalah konsepnya yang terintegrasi dengan pariwisata di sekitarnya.
Menurut dia, Taman Baca Masyarakat penting keberadaannya karena dapat menyentuh masyarakat secara langsung dengan kesadaran pribadi tanpa perlu merasa dipaksa atau takut dengan hal-hal yang membebani. Namun, sebagai ujung tombaknya, dia ingin fokus pada anak-anak terlebih dahulu. Meskipun juga diselenggarakan pembelajaran untuk orang tua.
“Rumah Baca Pelangi ini konsepnya sama seperti Rumah Dunia yang didirikan Mas Gong. Ke depannya saya berencana Rumah Pelangi punya gelanggang remaja, tempat pemutaran film dan pentas teater sendiri,” ungkapnya saat ditemui Joglosemar di Mojolaban, Sukoharjo, belum lama ini.
Lebih dalam, dia menuturkan Rumah Baca Pelangi yang didirikan 3 Agustus 2012 ini, buku-bukunya awalnya merupakan koleksi pribadi, kemudian ada berbagai donasi dari perorangan maupun penerbit yang berbaik hati, bahkan ada donasi dari luar negeri dengan semua buku berbahasa Inggris. “Awalnya pembelajaran hanya incidental saja. Tapi sekarang udah rutin ada kelas menulis, membaca dan menggambar. Bapak-bapak ada pelajaran mengaji bersama, juga ada pelatihan-pelatihan yang incidental juga,” papar penulis novel Candikala itu.
Dalam hal legalitas, Rumah Baca Pelangi sudah mengantongi SK dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Sukoharjo berada di bawah naungan Pendidikan Non Formal (PNF). Kendati demikian, dia menganggap keberadaan Taman Baca Masyarakat masih kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Padahal, dari taman baca seperti ini karakter masyarakat dapat dibangun secara langsung. “Anak-anak di sini karakternya sudah terbangun. Mereka meminjam dan mengembalikan serta mencatatnya sendiri. Jika buku berantakan mereka juga yang menatanya,” ujarnya.
Jika tidak ada aral melintang, Rumah Baca Pelangi ke depan akan menggarap fotografi dan videografi untuk remaja, terintegrasi dengan entrepreneurship. Meskipun demikian tetap saja yang menjadi inti dari Rumah Baca Pelangi adalah bidang literasi.
Sebagai usaha kemandirian Rumah Baca Pelangi di masa yang akan datang, dia berencana membedakan bidang garapan menjadi dua, yaitu laba dan nirlaba. Agar bisa menghasilkan sendiri Rumah Baca Pelangi akan menggarap wisata edukasi. Sebab di sekitarnya terdapat beberapa Home Industri yang berjalan. Sedangkan di Rumah Baca Pelangi sendiri ada usaha Muti Farm dan Industri Kreatif pembuatan kaus. Apalagi, meski baru 2 tahun berdiri Rumah Baca Pelangi sudah mampu menyabet juara 2 TBM Se-Kabupaten Sukoharjo.
“Di sini ada ternak kelinci, budidaya jahe, pembuatan kaus dan memiliki mesin jahit sendiri. Sedangkan di sekitar sini terdapat usaha pembuatan ampyang dan krupuk. Sehingga jika diintegrasikan dengan penataan taman baca yang baik, bisa menjadi daya tarik wisata edukasi yang menggiurkan,” tandasnya. (Sumber: Joglosemar/29-06-2014)
Rumah baca yang didirikan merupakan satu dari puluhan Taman Baca Masyarakat yang ada di Kota Makmur. Yang menarik dari Rumah Baca Pelangi adalah konsepnya yang terintegrasi dengan pariwisata di sekitarnya.
Menurut dia, Taman Baca Masyarakat penting keberadaannya karena dapat menyentuh masyarakat secara langsung dengan kesadaran pribadi tanpa perlu merasa dipaksa atau takut dengan hal-hal yang membebani. Namun, sebagai ujung tombaknya, dia ingin fokus pada anak-anak terlebih dahulu. Meskipun juga diselenggarakan pembelajaran untuk orang tua.
“Rumah Baca Pelangi ini konsepnya sama seperti Rumah Dunia yang didirikan Mas Gong. Ke depannya saya berencana Rumah Pelangi punya gelanggang remaja, tempat pemutaran film dan pentas teater sendiri,” ungkapnya saat ditemui Joglosemar di Mojolaban, Sukoharjo, belum lama ini.
Lebih dalam, dia menuturkan Rumah Baca Pelangi yang didirikan 3 Agustus 2012 ini, buku-bukunya awalnya merupakan koleksi pribadi, kemudian ada berbagai donasi dari perorangan maupun penerbit yang berbaik hati, bahkan ada donasi dari luar negeri dengan semua buku berbahasa Inggris. “Awalnya pembelajaran hanya incidental saja. Tapi sekarang udah rutin ada kelas menulis, membaca dan menggambar. Bapak-bapak ada pelajaran mengaji bersama, juga ada pelatihan-pelatihan yang incidental juga,” papar penulis novel Candikala itu.
Dalam hal legalitas, Rumah Baca Pelangi sudah mengantongi SK dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Sukoharjo berada di bawah naungan Pendidikan Non Formal (PNF). Kendati demikian, dia menganggap keberadaan Taman Baca Masyarakat masih kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Padahal, dari taman baca seperti ini karakter masyarakat dapat dibangun secara langsung. “Anak-anak di sini karakternya sudah terbangun. Mereka meminjam dan mengembalikan serta mencatatnya sendiri. Jika buku berantakan mereka juga yang menatanya,” ujarnya.
Jika tidak ada aral melintang, Rumah Baca Pelangi ke depan akan menggarap fotografi dan videografi untuk remaja, terintegrasi dengan entrepreneurship. Meskipun demikian tetap saja yang menjadi inti dari Rumah Baca Pelangi adalah bidang literasi.
Sebagai usaha kemandirian Rumah Baca Pelangi di masa yang akan datang, dia berencana membedakan bidang garapan menjadi dua, yaitu laba dan nirlaba. Agar bisa menghasilkan sendiri Rumah Baca Pelangi akan menggarap wisata edukasi. Sebab di sekitarnya terdapat beberapa Home Industri yang berjalan. Sedangkan di Rumah Baca Pelangi sendiri ada usaha Muti Farm dan Industri Kreatif pembuatan kaus. Apalagi, meski baru 2 tahun berdiri Rumah Baca Pelangi sudah mampu menyabet juara 2 TBM Se-Kabupaten Sukoharjo.
“Di sini ada ternak kelinci, budidaya jahe, pembuatan kaus dan memiliki mesin jahit sendiri. Sedangkan di sekitar sini terdapat usaha pembuatan ampyang dan krupuk. Sehingga jika diintegrasikan dengan penataan taman baca yang baik, bisa menjadi daya tarik wisata edukasi yang menggiurkan,” tandasnya. (Sumber: Joglosemar/29-06-2014)
Senin, 27 Januari 2014
Catatan Abi Muda# 08: Berbagilah Maka Kau Bahagialah
Bagi
anak kecil, punya makanan adalah sesuatu yang menyenangkan, apalagi jika puya
mainan baru, walhasil anak akan lompat kegirangan dengan mainan barunya
tersebut. Bahkan, sampai tidurpun, kadang mainan itu bakal ia peluk agar tak
lepas dari genggamannya.
Nah,
yang jadi persoalan adalah ketika anak kecil punya makanan atau mainan baru, ia
tidak mau berbagi dengan temannya atau saudaranya. Saya pun pernah mengalami,
bagaimana si kecil tidak mau berbagi dengan adiknya dan temannya ketika punya
makanan dan mainan baru. Kadang ada tangis yang pecah ketika adik atau temanya meminta untuk berbagi
mainan, karena tidak mau meminjamkannya.
Sabtu, 25 Januari 2014
Catatan Abi Muda #08: Si Kecil Berantem dengan Anak Tetangga
Saya
sering menghadapi si kecil menangis hebat sepulang dari bermain bersama temannya,
kadang juga pulang dengan keadaan ekspresi kesal dan marah. Tangis atau marah
si kecil ternyata karena berantem dengan teman sepermainnya. Tentu abi/umi juga
pernah mengalami hal yang sama bukan?
Kamis, 23 Januari 2014
Catatan Abi Muda #07: Berhujan-hujan ria yuuk, nak!
Jika
subuh tiba, saya akan bergegas untuk mencari biji mlinjo yang jatuh, kemudian
saya kumpulkan dan saya jual untuk membeli jajanan. Tak hanya itu, dulu di
sebelah kampong saya memulai proyek pembangunan sebuah pabrik, ada penggalian
tanah yang cukup besar sekali, entah untuk apa, saya tak peduli. Saya dan
teman-temanpun memanfaatkan lubang itu sebagai kolam renang yang besar jika
hujan turun lebat.
Rabu, 22 Januari 2014
Catatan Abi Muda #06: Nak, bermimpilah!
Mimpi adalah kunci
untuk kita menaklukkan dunia
berlarilah tanpa lelah
sampai engkau meraihnya...
untuk kita menaklukkan dunia
berlarilah tanpa lelah
sampai engkau meraihnya...
Abi-umi, pernah mendengar lagi ini
bukan? Ya, begitu dahsyatnya mimpi, ia mampu menggerakan seluruh sel saraf
dalam otak dan tubuh kita, untuk dijelmakan menjadi nyata. Lantas, bagaimana
dengan mimpi si kecil kita?
Selasa, 21 Januari 2014
Catatan Abi Muda #05: Mengatur Jajan si Kecil
Seringkali
ketika kita sedang belanja di pasar tradisonal atau di pasar modern, atau bahkan
di toko kelontong terdekat dengan rumah kita. Si kecil meminta untuk dibelikan
jajajan, misalnya es krim. Bayangkan saja, jika kita ke toko kelontong terdekat
tiga kali dalam sehari, berarti ada permintaan untuk dibelikan eskrim tiga
kali. Jika harga eskrim itu lima ribu, berarti ia akan menghabiskan 15.000
dalam sehari, jika dalam sebulan? Haduch…kantong kita bisa kering bukan abi-umi
muda?
Anis Matta Pro Amerika
Sumber foto: pkspiyungan.com
Lihat
bung! Lihat bung foto di atas! Sudah jelas bukan? Anis Matta itu pro Amerika? Coba
lihat sekali lagi foto di atas. Bagaimana Anis Matta dengan entengnya
membagikan makanan kardus dengan merk KFC. Kepada korban banjir Jakarta
Bukankah KFC itu miliknya Amerika? Benar bukan? KFC itu milik Amerika?
Jumat, 17 Januari 2014
Politikus Gila itu bernama, Anis Matta
Sekarang jaman gila,
kalau tidak gila tidak kebagiaan. Mungkin itu ungkapan yang lazim digunakan
saat ini, dimana dunia semakin beringas, ketidakberaturan sistem dan norma.
Hampir semua sendi kehidupan rusak terjangkit kegilaan-kegilaan. Bayangkan, di
negeri yang mayoritas muslim ini, orang berani korupsi proyek Alqur`an. Gila
bukan? Emang tidak mikir akhirat, ya?
Politikus pun juga
mulai jadi gila. Lihat saja polah tingkah Anis Matta. Ia malah mundur dari
wakil ketua DPR ketika ditunjuk jadi Presiden PKS. Gila bukan? Saat ini banyak
orang yang ingin menjadi anggota dewan, dengan modal uang yang cukup “wow”eh,
malah Anis Matta mundur demi partai. Orang pun juga melakukan dengan cara yang gila
untuk menjadi dewan, yakni dengan mendatangi ke paranormal. Anis Matta memang
gila, melepaskan anggota dewan, lumayan gaji bulanannya lho!
Catatan Abi Muda # 04: Maaafkan Abi ya Nak?
Jika
anak kita berbuat salah, ketika itu pula kita meminta si kecil untuk meminta
maaf. Agar ia tidak mengulang perbuatannya tadi. Nah, bagaimana kalau kita yang
berbuat salah, apakah serta merta kita langsung mau minta maaf, ada ego yang
beradu di dinding hati kita.
Ya,
mengajarkan kata maaf adalah salah satu pendidikan berkarakter pada si kecil.
Bagi sebagian orangtua, meminta maaf kepada si kecil seperti meruntuhkan benteng
harga diri mereka. Malu bercampur gengsi.
Kamis, 16 Januari 2014
Catatan Abi Muda #03: Darimana Si Kecil Kulakan Kata?
Huff…suatu hari ada
kata-kata tidak baik meluncur keluar dari mulut si kecil, tentu sebagai seorang
abi, saya sangat kaget, padahal kata-kata itu tidak pernah kita ajarkan, juga
tidak pernah digunakan di rumah. Nah loch! Abi-umi muda pasti pernah
mengalaminya juga bukan? Tentu kita akan kaget, darimana si kecil kulakan
kata-kata tersebut. Di rumah tidak dikenalkan,
si kecil juga kita sekolahkan di sekolah IT.
PKS, Partai Makin Kurang Ajar
Partai di Indonesia begitu bejibun,
berbagai macam pula tingkah polah mereka. Ada yang jadi pahlawan kesiangan, ada
yang senang pencitraan, ada yang suka bikin survey abal-abal dan tetek bengek
lainnya. Nah, kali ini kita akan mengusik PKS, partai yang kini makin kurang
ajar. Bayangkan saja bung! Masih ingat kan? Ketika Tifatul Sembiring diangkat
jadi menteri, ia mundur dari jabatan Presiden PKS, kurang ajar bukan? Emang
nggak takut, nggak punya kuasa lagi di partainya. Mau buat tradisi baru di
Indonesia ya? Kurang ajar betul PKS ini, rangkap jabatan adalah sesuatu yang sakral
di Indonesia, bahkan jamak ketua parpol jadi menteri.
Rabu, 15 Januari 2014
Catatan Abi Muda #02: Mereka Makhluk yang Berbeda
Punya
anak satu saja sudah minta ampun nggak ketulungan, ini dan itu maunya, apalagi
punya anak lebih dari satu. Wow, nggak kebayang dech. Repotnya. Upz, bagaimana
kalau sudah terlanjur punya anak dua, tiga atau bahkan lebih. Nah, saya sendiri
mengalami bagaimana harus membersamai dua anak. Itupun cewek semua. Anak
pertama berumur hampir 4 tahun, sedangkan yang kedua hampinr 2 bulan.
Selasa, 14 Januari 2014
Catatan Abi Muda #01: Nikmatilah, mumpung ia masih kecil!
Begitu banyak hal dalam rumah
tangga, apalagi usia pernikahan masih sangat muda pula. Nah, salah satunya
adalah mengurus anak. Mungkin bagi sebagian orang tua sudah melewati masanya
sering mengalami, bagaimana dengan para abi-umi muda?
Langganan:
Postingan (Atom)