Tak
terasa kita sudah masuk tahun 2015, waktu berlalu dengan cepat, tanpa bisa kita
putar kembali, yang terlewat, maka lewatlah. Di penghujung tahun 2014, kita
merasakan imbas yang luar biasa dari kenaikan harga BBM, bahkan sampai sekarang
masih kita rasakan, pengeluaran untuk belanja membengkak besar, sedangkan
pendapat tidak naik berarti. Tentu ini menjadi beban yang harus kita selesaikan.
Kita harus memutar otak untuk melewati waktu-waktu yang akan datang untuk masa
depan kita dan keluarga.
Biaya
pengeluaran kini semakin tinggi, tentu kita harus cermat dan bijak dalam hal
pengeluaran. Bulan ini adalah waktu yang tepat kita untuk melihat keuangan
kita, juga proyeksi masa depan, karena keuangan berkaitan dengan masa depan.
Check Up
Keuangan
Kita
mungkin sering mendengar kata check up,
kata yang berhubungan dengan kesehatan bukan? Seringkali atau sebagian orang
melakukan check up kesehatan untuk
mengetahui kondisi kesehatan, agar ia bisa mempersiapkan diri untuk menjaga
kesehatan pribadinya. Juga melakukan pengobatan jika ditemukan suatu penyakit
dalam tubuhnya.
Tak
hanya berlaku pada manusia, kita juga melakukan check keadaan mobil kita, bahkan membawanya ke montir untuk
mengetahui keadaan mobil kita, apalagi kalau motor atau mobil kita mau kita
bawa ke luar kota atau perjalanan jarak jauh, sangat penting untuk check keadaan mobil, apa yang harus
diganti dan apa yang mesti diantisipasi jika terjadi sesuatu di jalan.
Nah,
yang jarang atau bahkan tidak pernah kita lakukan adalah chek up keuangan kita. Padahal ini penting untuk kita lakukan
karena keuangan kita akan terus berubah sesuai dengan tingkat kebutuhan kita. Check up keuangan ini penting untuk
mengetahui posisi keuangan dan investasi kita. Apakah kondisi keuangan kita
dalam keadaan baik, juga apakah investasi kita berjalan sesuai tujuannya. Untuk
itu, kita seharusnya melakukan check up
atau pemeriksaan rutin untuk keuangan dan investasi kita.
Mengelola Keuangan
Setelah
kita melakukan check up keuangan, ada
beberapa hal yang harus kita cermati dan bijak dalam pengelolaan keuangan
keluarga kita, jika tidak, maka kondisi keuangan kita bakal jebol.
Pertama, Skala
Prioritas.
Jumlah pendapatan keluarga kita tentu kita sudah tahu betul. Berapa total
pemasukan dari kita dan pasangan kita. Baik itu pendapatan tetap maupun
pendapatan tidak tetap. Kita buat saja pendapatan rata-rata. Dari pendapatan
tersebut, kita harus membuat daftar kebutuhan selama satu bulan. Setelah itu,
kita harus membuat skala prioritas. Pengeluaran mana saja yang harus
didahulukan. Mana yang wajib ditunaikan, mana yang bisa ditunda.
Kedua, Bertahan
dari Bujuk Rayu.
Seringkali kita tergoda jika kita jalan-jalan di sebuah toko, sebuah rayuan
dahsyat, rayuan tersebut bernama DISKON. Jika tulisan itu terpampang, apalagi
diskonnya gede, hingga di atas 50 %, kita bakal kelimpungan. Akhirnya kita
membeli barang tersebut, kemudian sesampai di rumah, kita menyesalinya. Sudah
terlanjur keluar, barang tidak bisa dikembalikan, apalagi uangnya. Bahasa gaulnya
anak muda sekarang “sakitnya tuh disini” sambil nunjuk dompet.
Apalagi
kalau jika ada tulisan dengan uang Rp. 500.000 Anda bisa membawa pulang motor
baru sekarang, seraya kita diberi kemudahan. Tanpa pikir panjang kita
melenggang dengan motor baru, tiga bulan kemudian debt collector datang ke rumah kita dan mengangkut motor tersebut
ke atas pick up untuk ditarik kembali ke dealer. Rasa menyesal bercampur malu
beraduk-aduk dalam hati kita. Sudah jatuh tertimpa tangga, mungkin itu istilah
tepatnya, uang yang disetorkan untuk uang muka hilang, motorpun ditarik,
ditambah malu terhadap tetangga kiri-kanan kita, apalagi menjadi pergunjingan
orang satu kampung, lengkap sudah.
Ketiga, Bijak
dalam Utang.
Dahulu kala, jika punya utang, konon mereka malunya minta ampun. Tetapi zaman
sudah berubah. Utang kini menjadi hal yang biasa, bahkan menjadi gaya hidup.
Lihat saja, para eksekutif muda, bahkan kini merambah ke kalangan masyarakat
biasa, yakni menjamurnya kartu kredit. Bukankah itu sama saja kesana-kemari kita
membawa kartu hutang yang siap kapanpun untuk mencairkan utang tersebut, tinggal gesek bukan?
Bukan
berarti kita tidak boleh berhutang. Tetapi kita harus bijak dalam berhutang.
Bijak yang bagaimana? Jika bisa, kita harus ambil hutang yang produktif, bukan
hutang konsumtif. Hutang produktif adalah hutang yang akan memberikan nilai
balik kepada kita. Cirinya adalah nilai aset yang dibeli dengan cara berhutang
akan meningkat. Contoh, jika kita punya hutang property, maka itu dianjurkan, karena
nilanya akan bertambah seiring dengan waktu. Contoh lainnya, kredit ruko atau
kost-kostan. Maka, tiap bulannya kita akan mendapatkan hasil dari aset
tersebut.
Keempat,
Investasi.
Hal yang jarang menjadi perhatian adalah masalah investasi. Ini penting,
meskipun pendapatan belum signifikan. Ada banyak produk investasi. Diantaranya
saham, obligasi (surat utang), reksadana, opsi dan lain sebagainya.
Investasi
tentu mengandung resiko. Salah satu cara untuk mengelola resiko investasi
adalah dengan diversifikasi. Don`t put
your eggs in one basket, artinya kira-kira jangan menempatkan investasi
yang diibaratkan dengan telur dalam satu keranjang. Jika terjadi musibah,
misalnya keranjang jatuh, seluruh telur atau investasi akan pecah. Tetapi, jika
telur/investasi itu kita taruh dibeberapa keranjang, maka akan mengurangi
resiko tersebut, dengan hasil berfariasi tentunya.
Nah,
setelah kita mulai menerapkan cermat dalam mengelola keuangan. Pasti akan
muncul pertanyaan. Tujuan mengelola keuangan untuk apa? Ya, tentu agar keadaan
keuangan kita baik-baik saja. Tetapi tidak sesederhana itu. Mestinya kita punya
tujuan yang lebih besar. Misalnya, kita harus bisa merencanakan masa depan kita
dan anak-anak kita. Bagaimana dengan pendidikan mereka. Dimana kita akan menyekolahkannya?
Di sekolah favorit? Atau yang biasa-biasa saja. Dengan tidak lupa kita harus
menekankan pendidikan agama, karena di lingkungan yang semakin buruk, tanpa
disiapkan sekolah yang baik dan agama yang baik, maka masa depan mereka akan
terganggu. Tentu, jika kita punya planning
tersebut, bukannya kita harus mengelola keuangan dengan baik bukan?
Tentu,
setiap keluarga punya planning masa
depan masing-masing, silahkan susun mimpi tersebut, tetapi ingat, cermatlah
dalam mengelola keuangan keluarga agar mimpi itu bisa terwujud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar