Hari
itu suasana sangat cerah. Udara tidak begitu panas. Saya dan anak pertama saya
sedang bercengkerama santai di ruang tengah. Seperti biasa, saya tidak
melewatkan kesempatan kebersamaan itu dengan bercanda dan mendengar kisah
serunya hari ini. Baik kisah bermain di sekolah atau kisah supernya bermain
dengan teman dekat rumahnya.
Sesekali
tawa keluar dari mulut kami berdua. Kejar-kejaran, petak umpet dan permainan
lainnya. Setelah agak bosan dengan bermain, kami duduk santai. Lantas, saya
bertanya kepada anak saya yang pertama “Kakak, hari ini bermain dengan siapa?
Main apa” Tanyaku kepada anak pertamaku, Husna Bening Sanubari. Sembari jemari
tanganku memecet keypad HP yang berada di tanganku. Sesekali mata saya melirik
ke arah wajah anakku.
“Abiii….”
Anaku berteriak manja.
“Apa
Kakak?” Tanyaku sambil meneruskan memecet tombol di HP.
“Abiii…”Anaku
berteriak makin kencang
“Kenapa
Kakak!” Suaraku agak meninggi. Rasa kesel mulai hinggap.
“Abi,
taruh HP nya!” Ucap anaku.
Saya
terdiam. Inikah sebab anaku berteriak? Aku baru sadar. Kemudian HP saya
letakan. Saya memandang ke arah wajah anakku. Memperhatikan apa yang ingin dia
kisahkan. Duh, betapa kita sering meremehkan hal-hal yang kita anggap kecil, namun
bagi orang lain adalah hal yang besar. Bukan berarti ketika kita pada posisi superiortas,
kemudian seenaknya bermain gandget
sambil berbicara atau mendengarkan lawan kita. Meskipun kita seorang ayah yangg
sedang mendengarkan anak kita, meskipun kita seorang atasan yang sedang mendengarkan
anak buah, meskipun kita seorang guru yang sedang mendengarkan murid kita.
Bukan berarti kita memanfaatkan posisi itu untuk mengeyampingkan kita mendengarkan
dengan baik.
Belajar
mendengarkan memang sulit. Ada rasa membuang ego, ada menyimak, menahan nafsu
untuk segera menyahut, kesabaran. Itulah seni mendengarkan yang tak jarang
orang mau memahaminya. Tentu lawan bicara kita, apakah itu anak, sahabat,
bawahan, tukang becak, tukang kebun pasti akan merasa dihargai jika kita
mendengarkan dengan baik. Apa arti sebuah gadget
mahal, namun mengenyampingkan kehidupan sosial kita. Sejenak kita puasa dari
gadget yang kita punya untuk mendengarkan lawan biacara kita dengan baik. Saya,
yakin Anda pernah mengalami bagaimana perkataan kita di dengarkan sambil
bermain HP. Tentu tidak nyaman bukan? Yuk, kita mulai belajar mendengarkan
bung?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar