Rabu, 21 Juli 2010
Lelaki, Perempuan, dan Perubahan
Perubahan
Sebuah kepastian yang bakal terjadi dalam hidup kita. Dari lahir, berubah menjadi bayi, kemudian menjadi anak-anak, tumbuh kembang jadi dewasa, dan seterusnya. Perubahan adalah sesuatu yang sunatullah. Nah, Gizolista, diantara lelaki dan perempuan, manakah yang mudah sekali berubah, atau manakah yang sulit untuk berubah? Penasaran kan?
Dua jenis makhluk ini memang unik untuk selalu jadi bahasan kita. Kali ini kita akan mengurai pertanyaan dan penasaran tersebut diatas.
Lelaki Mudah Berubah kah?
Benarkah lelaki mudah berubah? Atau sebaliknya? Nah, Gizolista lelaki adah kaum yang cenderung menggunakan akal atau rasio ketika menghadapi sebuah kasus. Misalnya, jika dia dihadapkan untuk mengambil keputusan ketika dia bertabrakan, apakah ia minta ganti rugi, atau ia yang mau memberi kerugian, maka, bagi lelaki ia akan menggunakan akalnya, sebenarnya yang salah siapa? Kemudian, baru menentukan langkah selanjutnya. Sebaliknya, jika yang menghadapi kasus tersebut adalah perempuan, maka, ia akan mengambil keputusan berdasarkan situasi dan yang terlihat iba siapa. Karena perempuan cenderung menggunakan persaannya ketika mengampil sebuah keputusan.
Bagi lelaki, ada sisi lain yang membuat ia tidak mudah berubah, yaitu ego. Bila ego sudah menjadi pegangan, maka lelaki tidak bakal mau merubah atau berubah sesuatu. Ego seakan menjadi prinsip dasar untuk menentukan sikap dan perilaku bagi kaum lelaki.
Perempuan Mudah Berubah kah?
Secara umum perempuan lebih cepat dan sering berubah, baik secara fisik, mental dan tingkah-laku maupun sikap dan cara berfikirnya. Misalnya, secara fisik, bentuk tubuhnya mudah berubah ketika masa pubertas, sebelum dan sesudah nikah, atau sebelum dan sesudah melahirkan. Sedangkan secara mental. Perempuan akan berpikir berbeda terhadap perilaku pasca menikah. Bisa jadi, ketika dulu suaminya pertama kali datang dengan pakaian yang parlente ia sangat suka. Tapi, ketika sudah menikah. Ia berpikir ulang. Ia berharap suaminya menggunakan pakaian yang sederhana saja. Uangnya bisa digunakan untuk kebutuhan yang lainnya. Apakah untuk kebutuhan dapur atau kebutuhan anak sekolahnya. Belum lagi, perempuan cenderung menggunakan perasaan dalam menghadapi sebuah masalah. So, jika dalam keadaan yang mengiba, dan yang menghadapi masalah tersebut adalah perempuan. Maka, ia akan menggunakan perasaan untuk mengambil keputusannya. Padahal, sebelumnya ia tak mau membuat keputusan tersebut.
Ada sisi lain perempuan yang membuat ia mudah berubah, yaitu sebuah kelompok atau koloninya. Jika, perempuan dalam kelompok atau lingkungan yang parlente, maka ia akan mengikuti gaya parlente. Akan tetapi, jika ia pindah ke lingkungan atau koloni perempuan yang hidup bersahaja dan bersosial, maka, ia akan menjadi perempuan yang bersahaja dan bersosial.
Nah Gizolista, kenapa lelaki dan perempuan cenderung berbeda dalam hal merespon situasi. Yupz, hal ini disebabkan karena bentuk penampang otak lelaki dan perempuan ternyata berbeda. Dari penampang otak—lihat di gambar--- bisa kita lihat kalau wanita lebih cenderung mengedepankan perasaan dan sesuatu yang bersifat emotional connection. Ada juga yang mengatakan kalau wanita itu kebanyakan tidak senang matematika dan logika, sehingga tidak ingin memikirkan sesuatu yang abstrak secara mendalam.
Sebuah Kisah Perubahan
Dalam buku Who Moves My Cheese karya Spencer Johnson, ia menceritakan ada empat tokoh, yakni: Sniff dan Scurry keduanya adalah tikus tikus, dan Hem (kurcaci) serta Haw (manusia kecil) yang sengaja diciptakan oleh Spencer Johnson untuk memberikan contoh bagaimana keempat tokoh tadi menyikapi suatu perubahan.
Cerita ini dimulai ketika cheese atau keju yang mereka butuhkan masih tersedia dalam jumlah banyak. Cheese dalam cerita ini diibaratkan sebagai sesuatu yang menyenangkan (uang, kebahagiaan, atau makanan). Pada suatu ketika, cheese yang mereka miliki makin sedikit.
Sniff dan Scurry dengan penciuman dan nalurinya, dalam mensikapi kondisi tersebut, mereka terus bergerak mencari chesse yang baru (tempat keju berada).
Sedangkan Haw dan Hem, dalam mensikapi kondisi tersebut, mereka berdiskusi dan marah, mengapa cheese mereka berkurang dan hilang. Mereka menyakini bahwa cheese pergi untuk sementara waktu dan segera kembali sehingga mereka tetap menunggunya tanpa melakukan apapun kecuali kecewa dan marah-marah. Pada akhirnya, mereka lelah dan kehabisan tenaga, dan tetap tidak menemukan cheese-nya. Sebaliknya, Sniff danScurry terus mencari tempat baru yang penuh dengan cheese. Akhirnya, mereka pun menyadari hanya dengan terus bergerak dan berlari mereka bisa mendapatkan cheese-nya.
Nah Gizolista, perubahan itu musti akan terjadi, namun, bagaimana kita menyikapi sebuah perubahan tersebut. (diambil dari berbagai sumber)
*Dimuat di majalah Gizone edisi 9
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar