Ada banyak cara untuk melakukan
sesuatu yang berguna. Tak perlu jauh-jauh, dari dalam rumah tinggal
ternyata lebih efektif dan bermanfaat tanpa harus mengesampingkan urusan
pribadi dan keluarga. Namun, tetap dapat berbagi dengan sesama. Ini
seperti dilakukan Aries Adenata yang mengaku berprofesi sebagai
writerpreneurship ini memilih mendirikan Rumah Baca Pelangi di
Sukoharjo. Ahmad Yasin Abdullah
Rumah baca yang didirikan merupakan satu dari puluhan Taman Baca
Masyarakat yang ada di Kota Makmur. Yang menarik dari Rumah Baca Pelangi
adalah konsepnya yang terintegrasi dengan pariwisata di sekitarnya.
Menurut dia, Taman Baca Masyarakat penting keberadaannya karena dapat
menyentuh masyarakat secara langsung dengan kesadaran pribadi tanpa
perlu merasa dipaksa atau takut dengan hal-hal yang membebani. Namun,
sebagai ujung tombaknya, dia ingin fokus pada anak-anak terlebih dahulu.
Meskipun juga diselenggarakan pembelajaran untuk orang tua.
“Rumah Baca Pelangi ini konsepnya sama seperti Rumah Dunia yang
didirikan Mas Gong. Ke depannya saya berencana Rumah Pelangi punya
gelanggang remaja, tempat pemutaran film dan pentas teater sendiri,”
ungkapnya saat ditemui Joglosemar di Mojolaban, Sukoharjo, belum lama ini.
Lebih dalam, dia menuturkan Rumah Baca Pelangi yang didirikan 3
Agustus 2012 ini, buku-bukunya awalnya merupakan koleksi pribadi,
kemudian ada berbagai donasi dari perorangan maupun penerbit yang
berbaik hati, bahkan ada donasi dari luar negeri dengan semua buku
berbahasa Inggris. “Awalnya pembelajaran hanya incidental saja. Tapi sekarang udah rutin ada kelas menulis, membaca dan menggambar. Bapak-bapak ada pelajaran mengaji bersama, juga ada pelatihan-pelatihan yang incidental juga,” papar penulis novel Candikala itu.
Dalam hal legalitas, Rumah Baca Pelangi sudah mengantongi SK dari
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Sukoharjo berada di bawah naungan
Pendidikan Non Formal (PNF). Kendati demikian, dia menganggap keberadaan
Taman Baca Masyarakat masih kurang mendapat perhatian dari pemerintah.
Padahal, dari taman baca seperti ini karakter masyarakat dapat dibangun
secara langsung. “Anak-anak di sini karakternya sudah terbangun. Mereka
meminjam dan mengembalikan serta mencatatnya sendiri. Jika buku
berantakan mereka juga yang menatanya,” ujarnya.
Jika tidak ada aral melintang, Rumah Baca Pelangi ke depan akan
menggarap fotografi dan videografi untuk remaja, terintegrasi dengan entrepreneurship. Meskipun demikian tetap saja yang menjadi inti dari Rumah Baca Pelangi adalah bidang literasi.
Sebagai usaha kemandirian Rumah Baca Pelangi di masa yang akan
datang, dia berencana membedakan bidang garapan menjadi dua, yaitu laba
dan nirlaba. Agar bisa menghasilkan sendiri Rumah Baca Pelangi akan
menggarap wisata edukasi. Sebab di sekitarnya terdapat beberapa Home
Industri yang berjalan. Sedangkan di Rumah Baca Pelangi sendiri ada
usaha Muti Farm dan Industri Kreatif pembuatan kaus. Apalagi, meski baru
2 tahun berdiri Rumah Baca Pelangi sudah mampu menyabet juara 2 TBM
Se-Kabupaten Sukoharjo.
“Di sini ada ternak kelinci, budidaya jahe, pembuatan kaus dan
memiliki mesin jahit sendiri. Sedangkan di sekitar sini terdapat usaha
pembuatan ampyang dan krupuk. Sehingga jika diintegrasikan
dengan penataan taman baca yang baik, bisa menjadi daya tarik wisata
edukasi yang menggiurkan,” tandasnya. (Sumber: Joglosemar/29-06-2014)